Wednesday, May 15, 2013
SAWARNA, SURGA TERSEMBUNYI DI PROPINSI BANTEN
Terletak di Desa Sawarna Kec. Bayah Kabupaten Lebak – Banten, Pantai Sawarna merupakan salah satu tujuan wisata yang kini sedang berkembang. Bagi pecinta Fotografi pada khususnya, berkunjung ke Sawarna merupakan salah satu daya tarik yang patut di perhitungkan. Pantai pasir putihnya serta alamnya yang masih perawan menambah indah suasana. Kita dapan menyusuri Pantai Ciantir hingga ke Tanjung Layar dan Lagoon Pari kala sedang surut pantainya. Sungguh tak bosan menikmati deburan ombak yang membahana.
[caption id="attachment_3243" align="aligncenter" width="300"] Perahu Nelayan[/caption]
[caption id="attachment_3244" align="aligncenter" width="300"] Penjala Ikan[/caption]
[caption id="attachment_3245" align="aligncenter" width="300"] Penjala Ikan menebarkan jala[/caption]
Untuk menuju Sawarna, penulis mengandalkan tour berkala yang di adakan oleh travel. Dari Jakarta dengan hanya Rp. 450.000/orang kita berangkat bersama 5 orang, kalau di hitung-hitung cukup murah dibandingkan dengan menggunakan kendaraan umum untuk menuju desa Sawarna. Berangkat jam 21.00 dari Jakarta, tiba sekitar Jam 04.00 esok harinya, kita di sambut oleh warga setempat yang menunjukkan tempat dimana kami akan menginap selama 1 malam, dengan memarkirkan mobil di depan gerbang Desa Wisata Ciantir.
Menyeberangi jembatan gantung sepanjang 15an meter, bagi yang tidak terbiasa akan merasakan goyangan yang membuat kita akan berhenti sesaat agar jembatan tersebut tidak goyang. Pintu akses menuju Desa Wisata memang melalui Jembatan gantung yang digunakan oleh penduduk setempat, baik oleh pejalan kaki maupun oleh sepeda motor yang melewatinya, sehingga tak ayal ketika pengunjung sedang membludak akan terjadi antrian panjang untuk menyeberangi jembatan tersebut secara bergantian.
[caption id="attachment_3246" align="aligncenter" width="300"] Burung Pemakan Ikan[/caption]
Tiba di penginapan, saatnya kita gunakan untuk beristirahat sejenak melepas penat selama perjalanan. Sesaat mata ini terpejam untuk kemudian terbangun karena jam alarm berbunyi pukul 06.00. Segera tanpa menunggu komando dan guide yang telah di sediakan oleh travel, penulis dan beberapa rekan bergegas menuju pantai pasir putih ciantir. Ini adalah pengalaman pertama penulis ke Sawarna. Terasa sepi di pantai pagi itu, karena tidak di temui sebarang manusia kecuali kita dan penjala ikan. Serta beberapa ekor anjing kampung yang berkeliaran. Dengan deburan ombak yang lumayan besar penulis menikmati keindahan pantainya sambil memperhatikan ulah penjala ikan yang menggunakan instingnya untuk menebarkan jala ikan pada saat-saat tertentu. Berbekal gear Camera Canon 7D yang penulis miliki pun setiap gerakan dan hal yang unik selalu diambil. Pagi itu sayang sekali cuaca kurang bersahabat. Mendung menggulung di pagi hari, sehingga tak dapat menikmati keindahan pagi karena matahari tertutup awan. Namun di ujung sebelah kiri pantai pasir putih terlihat berterbangan burung pencari ikan. Segera penulis menuju tempat yang terdapat burung pantai untuk mencoba membidiknya meski agak kesulitan karena setiap kali di dekati burung-burung tersebut pun akan terbang menjauh ditambah lensa yang penulis pakai saat itu adalah lensa kit sehingga kurang mendukung perburuan pagi itu.
Hari beranjak siang. Puas bermain di pantai pasir putih, penulis kembali ke penginapan untuk membersihkan badan dan sarapan pagi.
[caption id="attachment_3247" align="aligncenter" width="300"] Goa Lalay[/caption]
GOA LALAY
Selain alam pantianya yang indah, tak ada salahnya kita mengunjungi objek wisata yang juga masih perawan. Goa Lalay . Untuk mencapai goa lalay kita harus berjalan sekitar 30 menit dari penginapan di desa wisata. Melewati persawahan yang terletak di pinggir kali yang mengalir dengan gemericik karena dangkal. Di sepanjang jalan akan terlihat pemandangan hijau tanaman padi atau mungkin kalau pas musim panen akan melihat hamparan padi. Matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri, namun masih mengintip dari balik awan. Di sebelah kiri terdapat pemandangan Indah sebuah gunung yang biru seolah menawarkan kesejukan alami. Sebelum sampai di goa lalay kita juga akan melewati jembatan, namun kali ini jembatanya baru di buat permanen, cukup kuat untuk diseberangi. Jembatan dengan lebar sekitar 1,5 meter dan panjang 15m an. Dibawah jembatan sesekali terlihat anak-anak yang bertelanjang mandi di sungai sambil terjun dari atas batu yang ada.
[caption id="attachment_3248" align="aligncenter" width="300"] Goa Lalay[/caption]
Bagi pengunjung disarankan untuk mengenakan sandal gunung, karena ketika hujan akan kesulitan apabila hanya menggunakan sandal jepit biasa. Sandal gunung lebih aman digunakan baik saat kita berjalan di alam maupun di pantai yang di beberapa bagian terdapat karang yang tajam.
Menuju goa Lalay bukanlah melewati jalan yang mulus namun jalan setapak yang becek dan berlumpur ketika musim hujan. Di pintu masuk Goa , pengunjung akan dikenakan tariff masuk yang dikelola oleh penduduk setempat. Goa lalay masih sangat alami, tanpa penerangan dan terdapat banyak sekali kelelawar . Bagi pengunjung yang tidak berani akan mengurungkan masuk ke goa karena untuk memasuki goa tersebut harus melewati air. Sekilas goa ini terasa sempit, gelap tanpa penerangan namun inilah tantangannya. Dengan di pandu oleh guide local menggunakan lampu senter kita menyusuri goa dengan berjalan di air. Menurut guide tersebut, Goa tersebut cukup panjang apabila akan ditelusuri kedalam, namun karena gelap, melewati air juga membuat penulis mengurungkan niat untuk terus melaju ke dalam. Akhirnya penulis langsung keluar lagi melalui pintu goa yang berbeda mengikuti aliran air.
[caption id="attachment_3249" align="aligncenter" width="300"] Akses menuju Goa Lalay[/caption]
[caption id="attachment_3250" align="aligncenter" width="300"] Mandi DI Kali[/caption]
[caption id="attachment_3275" align="aligncenter" width="300"] Pemandangan menuju Goa Lalay[/caption]
SUNSET DI TANJUNG LAYAR
Selepas dari Goa Lalay kita dipandu menuju ke Tanjung Layar, pantai dimana terdapat gundukan batu yang menyerupai layar. Lagi-lagi dari goa Lalay menuju Tanjung Layar kita harus melewati persawahan dan perkampungan penduduk. Cukup jauh, dan trackingnya lumayan susah bagi pengguna sandal biasa. Untuk itu saran sekali lagi gunakan sandal gunung.
[caption id="attachment_3251" align="aligncenter" width="300"] Tanjung Layar[/caption]
[caption id="attachment_3252" align="aligncenter" width="300"] Keindahan Sunset di Tanjung Layar[/caption]
[caption id="attachment_3253" align="aligncenter" width="300"] Sunset di Tanjung Layar[/caption]
Belum sampai di Tanjung Layar, kita terlebih dahulu melewati Pantai Pasir Putih. Kali ini matahari menampakkan batang hidungnya. Cuaca sangat panas….sehingga penulis urungkan niat menuju Tanjung layar yang merupakan deretan dari Pantai Pasir putih. Berhenti sejenak di warung-warung pinggir pantai sambil menikmati sebotol minuman teh sambil memandang lepas birunya laut dan menikmati deburan ombaknya. Nun jauh disana dipinggir pantai, penggunjung dengan asyik bermain sepak bola sambil berpanas-panasan. Sementara penulis sendiri mengamankan diri duduk manis di warung kecil yang menjual minuman dingin. Untuk sementara perjalanan dihentikan dan bergegas menuju penginapan untuk makan siang, menunaikan sholat dzuhur dan istirahat siang.
Menjelang Sore selepas Solat Ashar penulis bergegas menuju ke tanjung Layar. Jarak Tanjung Layar ke penginapan sekitar 1 km. Untuk ukuran jarak memang jauh, namun sepanjang perjalanan kita menyaksikan pemandangan lepas pantai sementara dikiri jalan dikelilingi bukit kecil membuat indah suasana dan tak membuat capai. Sayang sekali cuaca sore itu pun kurang bersahabat. Meski sempat turun hujan gerimis namun penulis tetap mencari spot-spot yang bagus untuk di foto. Harapan langit biru jauh dari harapan, karena cuaca berawan, sehingga hasil fotopun kurang maksimal.
[caption id="attachment_3254" align="aligncenter" width="300"] Sunset di Tanjung Layar[/caption]
[caption id="attachment_3255" align="aligncenter" width="300"] Tanjung Layar dari spot yang berbeda[/caption]
Tanjung Layar selalu ramai dikunjungi, namun kadang-kadang air laut hingga pinggir pantai sehingga tidak dapat mendekat ke Tugu batunya. Bagi yang lapar di pinggir-pinggir pantai juga tersedia warung-warung penduduk sekitar sehingga tidak perlu kuatir akan kehausan dan kelaparan. Namun disini harus berhati-hati ketika untuk bermain air karena terdapat palung yang dalam sehingga apabila terhempas ombak, kemungkinan untuk selamat kecil.
Spot foto di Tanjung layar sangat banyak, dipinggir-pinggir pantai di kelilingi oleh bebatuan , bukan pasir. Ombak yang berdebur pun membuat hasil foto akan terasa menarik. Bagi pecinta Slow Speed alias SS juga dapat mendapatkan hasil yang diinginkan karena ombaknya yang tinggi dan menghempas batu karang. Disini pengunjung diharapkan untuk berhati-hati dan menggunakan sepatu gunung. Pengalaman penulis, saat itu ada pengunjung yang kakinya terantuk batu karang karena memakai sandal jepit yang licin, dan potongan batu karangnya bersarang di dalam kulit sehingga harus di bawa kerumah sakit. Meski lukanya tidak seberapa namun membayangkannyapun perih sendiri.
[caption id="attachment_3256" align="aligncenter" width="300"] Tanjung Layar menjelang Sunset[/caption]
[caption id="attachment_3257" align="aligncenter" width="300"] Tanjung Layar dari kejauhan[/caption]
Saat-saat di Tanjung layar adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu untuk menanyaksikan sunset. Meski hampir putus asa karena ditutup oleh awan dan tidak ada harapan akan keluarnya sunset, namun berkat kesabaran, jelang magrib tak lebih dari 10 menit matahari menampakkan diri dengan kemerahan khas sunset. Sungguh indah sekali sunset di Tanjung Layar sore ini. Sawarna telah menawarkan sebuah surga untuk di nikmati. Penatnya sore itu akibat menunggu sunset akhirnya terbayar.
Akhirnya penulis mampu melihat sunset yang indah di sertai deburan ombak yang menghantam karang. Sungguh indah dan menakjubkan.
[caption id="attachment_3258" align="aligncenter" width="300"] Area Palung di Tanjung Layar yang sewaktu-waktu dapat menelan korban[/caption]
[caption id="attachment_3259" align="aligncenter" width="300"] Posisi Palung yang dalam[/caption]
LAGOON PARI
Sebelum bertolak ke Jakarta, esok paginya kami serombongan menuju ke Lagoon Pari. Untuk mencapai Lagoon Pari hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki karena sulitnya akses menuju lokasi yang belum memiliki jalan yang bagus. Untuk bisa lebih dengan dengan lokasi dapat di bantu dengan menggunakan Ojek yang disewa untuk menuju radius 1 km sebelum lokasi. Untuk menyewa ojek jangan heran, cukup mahal untuk ukuran Jakarta, karena dikenakan tariff Rp. 40.000, walaupun kalau dengan berjalan kaki juga tidak terlalu jauh, namun butuh perjuangan khususnya tenaga. Karena untuk menuju Lagoon Pari jalannya naik dan turun dan kalau hujan jalanan menjadi licin.
[caption id="attachment_3261" align="aligncenter" width="300"] Sunrise di Lagoon Pari[/caption]
[caption id="attachment_3262" align="aligncenter" width="300"] Bersama rombongan di Lagoon Pari[/caption]
[caption id="attachment_3263" align="aligncenter" width="300"] Sunrise di lagoon pari[/caption]
Lagoon Pari lebih bagus di kunjungi ketika pagi, ketika matahari terbit. Namun sayang sekali pagi itu udara juga tidak cerah. Meski sedikit berawan, namun kali ini kita dapat menyaksikan semburat sunrise. Pemandangan Sunrise pagi ini pun sedikit terobati dengan hadirnya mentari pagi, meski cenderung mendung. Setelah puas memotret, perjalanan dilanjutkan ke Tanjung Layar kembali. Kali ini perjalanan tidak melalui jalan yang tadi dilalui namun karena kondisi laut sedang surut maka perjalanan kali ini ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri pinggir pantai yang berbatu karang.
[caption id="attachment_3264" align="aligncenter" width="300"] Spot yang indah di seputar lagoon pari[/caption]
[caption id="attachment_3265" align="aligncenter" width="300"] Masih dengan spot yang Indah.[/caption]
[caption id="attachment_3266" align="aligncenter" width="300"] Sawarna selalu mempesona[/caption]
Menyusuri pantai dengan deburan ombak yang besar dan buih putih bak kapas yang terurai menambah indah suasana pagi itu. Ombak menghempas karang dan menghasilkan buih putih yang indah. Bahkan di beberapa bagian karang yang menjulang tinggi akan terasa indah ketika dihempas ombak dan menghasilkan lelehan ombak seperti air terjun. Bagi pencinta SS ini menjadi momen yang bagus untuk dibidik. Hasilnya seperti yang kita harapkan, akan indah dan menakjubkan. Perjalanan kali ini diakhiri dengan kembali ke Tanjung layar dan bergegas ke penginapan untuk bersiap menuju Jakarta.
Sawarna, bagaikan surga yang tersembunyi.
Sawarna, tunggu kedatanganku kembali.!
sudah tau kan keindahan sawarna seperti apa? so jangan pernah gak kesana hehehe...
NB. bagi yang ingin mengadakan trip ke sawarna minimal 6 orang dapat menghubungi saya ya di email : sastrawan.jamparing@yahoo.co.id
Galery Sawarna lainnya :
[caption id="attachment_3267" align="aligncenter" width="300"] Penduduk Sekitar menamakan batu kabayan[/caption]
[caption id="attachment_3268" align="aligncenter" width="300"] Berpose sejenak[/caption]
[caption id="attachment_3269" align="aligncenter" width="300"] pose lainnya[/caption]
[caption id="attachment_3270" align="aligncenter" width="200"] Surut, jalan kaki menuju Tanjung Layar[/caption]
[caption id="attachment_3271" align="aligncenter" width="300"] Penduduk Sekitar[/caption]
[caption id="attachment_3272" align="aligncenter" width="300"] Nelayan sedang membereskan jaring ikan[/caption]
[caption id="attachment_3273" align="aligncenter" width="300"] Lagoon Pari[/caption]
Wednesday, May 8, 2013
MENIKMATI PESONA CURUG 7 CILEMBER
Pintu Masuk |
Penampakan Curug 7 CIlember |
Bagi pecinta fotografi, berburu tempat untuk memotret adalah sebuah keharusan. Curug Cilember. Curug Cilember terletak di desa Jogjogan kec. Cipayung Bogor, merupakan salah satu dari curug yang memiliki pesona keindahan alamnya yang menyegarkan, asri dan sejuk. Untuk mencapai Curug 7 Cilember dapat di tempuh melalui perjalanan dari Jakarta sekitar 2,5 jam untuk perjalanan dengan kendaraan sepeda motor sedangkan dengan mobil membutuhkan waktu sekitar 1,5jam untuk mencapai lokasi. Dari arah Jakarta, perjalanan di lanjutkan menuju Puncak di daerah Cipayung. Setelah Chimory dan Taman Matahari kita akan melihat plang hijau penunjuk Arah menuju Curug Cilember, tinggal diikuti petunjuk tersebut. Untuk menghindari salah jalan, ada baiknya bertanya ke penduduk sekitar.
Lokasi curug ini juga mudah di jangkau karena infrastruktur menuju lokasi cukup baik dengan jalan beraspal, meski jalannya cukup sempit. Untuk mencapai lokasi kita akan menemui jalan masuk menuju lokasi yang menanjak dan terus menanjak hingga ditemukan pintu gerbang Curuh CIlember. Dari kejauahan sudah terlihat kabut tipis diatas pegunungan nan hijau seolah mengundangnya untuk segera sampai ke tujuan dan ikut bercengkerama dengan mereka.
Spot sebelum sampai curug juga indah |
Bagaikan di hutan |
Di pintu masuk tersedia lokasi parkir yang cukup nyaman, yang menampung mobil sedangkan bagi pengendara sepeda motor biasanya ditaruh di tempat yang berbeda meski masih satu lokasi. Bagi pengendara motor parkir tanpa menginap ditambah dengan penitipan helm dikenakan tariff 10rb sekali parkir. Selesai? Belum…, masih belum afdol kalau belum berpose di pintu masuk CIlember. Setelah berpose sejenak maka dilanjutkan dengan membeli karcis masuk. Untuk weekend Rp. 12rb perkepala sudah termasuk asuransi kecelakaan. Dilokasi Curug Cilember sinyal handphone lumayan susah dan kadang blank sama sekali. Namun bagi yang terbiasa eksis di jejaring social jangan kuatir, karena pengelola menyediakan area hotspot sekitar curug sehingga cukup membantu bagi para pengakses internet dengan mudah.
Lepas loket penjualan karcis, langsung menuju pintu masuk . Begitu masuk langsung disuguhi oleh gemericik suara air pegunungan. Udara sejuk menambah adem. Hilang semua penat yang terjadi selama perjalanan dan digantikan dengan suasana yang segar. Bagi pecinta fotografi ini merupakan salah satu surge karena dapat memotret keindahan alamnya yang masih alami serta jernihnya air yang mengalir melalui alur di sela-sela bebatuan. Filosofi Slow Speed bagi fotografer menjadi alas an utama untuk memasuki area ini karena terdapat banyak spot yang dapat di pakai untuk memotret.
spot untuk SS sebelum sampai curug |
Spot ini juga keren |
Sebelum memasuki area Curug 7 dan selepas pintu masuk pengunjung dimanjakan dengan jalanan yang sudah rapi, meski hanya berkisar 1meter lebarnya, namun bukan jalanan tanah yang dilalui. Di dalam area tersebut juga disewakan tenda untuk berteduh atau bagi beberapa petualang di gunakan untuk menginap dengan diselingi api unggun bagi pengunjung yang menyewanya. Dikiri dan kanan jalan akan ditemui tenda-tenda yang didirikan untuk disewakan. Pohon pinus yang menjulang tinggi sepanjang perjalanan menuju curug 7 turut menambah indahnya pemandangan. Seolah tak bosan memandang dan melihatnya dengan kesejukan alamnya. Hijau dan sejuk.
Cuaca di sekitar Cilember sering di selimuti kabut tipis yang kerapkali turun dengan tiba-tiba dan menghilang lagi, hanya numpang lewat saja. Apalagi bila kondisi hujan tiba, acapkali puncak pepohonanpun tak kelihatan akibat tebalnya kabut yang turun. Kita di bawa seolah-olah sedang mendaki gunung yang tinggi. Bagi sebagian orang, turunnya kabut cukup menakutkan karena jarak pandang yang terbatas membuat imaginasi kita langsung sirna. Rasa takut segera menghampiri entah apa rasa yang dirasakan namun segera sirna ketika kabut tersebut lewat dan suasana temaram akibat kabut kembali cerah. Rasa takutpun berubah menjadi rasa optimis. Optimis untuk menggali lagi lebih dalam keindahan curug.
Sesampai di curug 7 rasanya belum afdol kalau kaki tidak masuk air. Nyes, dingin sedingin air es…, jernih air pegunungannya sangat terasa. Tak kuasa tanganpun mengambilkan air untuk di basuhkan ke muka. Sungguh segar seluruh tubuh dibuatnya. Penat dan capai selama dalam perjalanan terbayar sudah. Cuaca di sekitar Curug 7 juga kerap sekali di selimuti oleh kabut tipis yang kadang-kadang turun, apalagi ketika cuaca sedang hujan, maka kabut akan turun. Hal ini menambah suasana sejuk dan nyaman di hati. Kesejukan yang mampu menghunjam kedalam hati sanubari. Tenang, damai di buatnya.
In action |
Di lokasi Curug 7 juga di sediakan penyewaan tenda bagi yang ingin sekalian camping tak jauh dari pintu masuk Curug. Tidak perlu kuatir dengan area sanitasi karena sudah tersedia toilet, dan kalaupun mau mencoba mandi dan berendam di bawah curug 7 dengan airnya yang jernih juga bisa.
Di Cilember, sebenarnya terdapat keseluruhan 7 curug kalau mau di telusuri. Namun kekuatan fisik untuk menyusuri satu persatu perlu di pertimbangkan mengingat jalannya yang terus menanjak. Setelah kita mencapai Curug 7, agak keatas ada Curug 6, namun saat ini jalan untuk menuju Curug 6 sudah di tutup mengingat medannya yang cukup sulit untuk mencapai Curug 6. Pengunjung biasanya langsung menuju ke curug 5 yang tak kalah indahnya. Di sekitar Curug 5 pengunjung yang tidak membawa bekal juga tidak perlu kuatir karena sudah tersedia warung tempat menjual gorengan sehingga ketika kita lapar dapat membelinya disitu.
Naik ke curug 5 |
akses ke Curug 5 |
Menuju curug 3 |
Pulang |
Kalau mau kita telusuri satu persatu Curug demi curug hingga sampai ke curug 1 tidaklah mudah, karena di atas Curug 5 terdapat peringatan jika ingin menuju curug berikutnya untuk meminta ijin dulu ke pengelola. Penulis sendiri perjalanan dihentikan hingga curug 5 dan mencoba untuk berpuas diri sambil melihat pemandangan sekitar yang pada saat itu dalam kondisi berkabut sehabis turun hujan.
Jadi, kapan lagi kita kunjungi objek wisata di sekitar kita. Tidak perlu mahal, kenali dan cintai objek sekitar kita.
Tuesday, June 3, 2008
Wisata Ke Pantai Widara Payung
Objek Wisata Pantai Widara payung merupakan objek wisata yang terletak di Kecamatan Binangun Cilacap dengan luas areal pantai mencapai 500 hektar. Kondisi pantainya sangat landai dengan di pagari pohon-pohon kelapa yang belum begitu tinggi. Pantainya yang indah dengan ombak bergulung-gulung cukup tinggi. Pantai ini cocok untuk olahraga selancar air.
Widara Payung menawarkan panorama pantai yang sangat indah dengan gelombang ombak yang tergolong tinggi sehingga tidak cukup aman untuk bermain bersama ombak. Ombaknya cukup besar, sehingga apabila mau bermain-main harus tetap waspada. Menyusuri gelegak ombak dan indahnya pasir di pantai widara payung menyebabkan kita betah untuk berlama-lama bermain sehingga kadang-kadang bisa lupa waktu.
Pada hari-hari biasa pantai ini masih cukup sepi pengunjung, akan tetapi pada hari minggu dan hari besar pantai ini ramai dikunjungi para wisatawan. Pada bulan syura biasanya diadakan ritual upacara sedekah bumi. Upacara adat Sedekah Bumi ini berupa larungan(menghanyutkan) sesaji kelaut dengan di iringi kesenian daerah dan pakaian adat. Upacara adat sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur yang di lakukan oleh masyarakat Widarapayung agar di beri keberkahan, keselamatan dalam keseharian oleh yang Maha Agung.
Upacara adat ini sudah menjadi kalender tahunan, sehingga pada bulan syura tepatnya tanggal 1 pantai ini akan ramai pengunjung.
Rasanya ketika kita bermain, bersendagurau dan melepas penat setelah sekian lama sibuk karena pekerjaan setelah menikmati panorama pantai widara payung, maka pikiran akan fresh, segar. Kita bisa berteriak sepuasnya tanpa ada orang yang melarang untuk melepas lara di hati. melepas semua kepenatan dan kecapaian dalam dada yang kadang tidak bisa terungkapkan.
Akses ke Lokasi
Untuk menuju pantai Widara payung sangatlah mudah karena bisa menggunakan bus Jurusan Cilacap atau menggunakan kendaraan pribadi/sepeda/sepeda motor karena letaknya di jalan lintas selatan.
Dari arah timur melewati perbatasan kebumen (Pantai ayah) - Cilacap (Pantai Jetis) dengan menyeberangi Jembatan Kali bodo - kearah barat - menuju lokasi disebelah kiri jalan.
Dari arah barat : dari Kota Cilacap - Adipala - Ke arah timur menuju Kec. Binangun - mencapai lokasi di sebelah kanan jalan.
Dari arah utara : Dari Purwokerto menuju Kroya - dari Kroya naik angkutan jurusan Binangun - langsung ke lokasi.
Friday, May 23, 2008
BATURADEN
Baturaden bagi masyarakat Banyumas pada khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya sudah tidak asing lagi. Hawa sejuk nan segar dengan warna biru gunung di tambah kabut yang turun adalah merupakan pemandangan Baturaden yang di temui.
Baturaden terletak di lereng Gunung Slamet sebelah utara kota Purwokerto sejauh 14 km. Merupakan salah satu tempat wisata di Banyumas yang terkenal dan menjadi salah satu tujuan wisata yang murah. Suhu udara yang sejuk berkisar 18 sampai 25 derajat Celsius ini menawarkan aroma damai dengan panorama alam yang menghijau indah.
Kesejukan alamnya akan membawa kedamaian tersendiri untuk sekedar melepas lelah dan menyejukkan pikiran yang panas akibat padatnya pekerjaan.
Sedangkan gunung Slamet sendiri merupakan gunung tertinggi ke dua di pulau Jawa dengan ketinggian 3.428 m di atas permukaan laut. Dari radius beratus-ratus kilometer gunung Slamet akan tampak biru nan indah. Dan bagi masyarakat Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga pemandangan Gunung Slamet dapat disaksikan ketika hari cerah ataupun pagi-pagi ketika matahari baru terbit.
Dilereng gunung Slametlah Baturaden itu berada, tepatnya disebelah selatan.
Sejarah Baturaden
Nama Baturaden tidak terlepas dari cerita yang melegenda dan turun temurun yang menyebar dari mulut-kemulut. Kisahnya berawal dari kisah cinta seorang abdi atau pembantu terhadap putri dari majikannya, yaitu putri seorang adipati dari Kadipaten Kutaliman yang berada di sebelah barat Baturaden. Seorang putri melabuhkan cintanya pada seorang abdi adalah merupakan penghinaan. Tidak pantas apabila seorang putrid mendapatkan pembantunya. Akan tetapi cinta mereka bukanlah cinta biasa yang dengan mudah di patahkan. Mereka berjanji untuk bisa sehidup dan semati. Akhirnya cinta sepasang sejoli inipun diketahui oleh sang adipati. Kisah cinta mereka berdua tidak direstui oleh sang adipati dan diusir dari kadipaten.
Dalam pengembaraannya mereka akhirnya menemukan suatu tempat yang sejuk dan nyaman untuk di tinggali. Akhirnya mereka hidup bersama sampai akhir hayatnya. Kemudian tempat ini berkembang menjadi nama Baturaden. Baturaden berasal dari kata batur yang artinya adalah pembantu dan raden artinya majikan. Kemudian daerah Baturaden pun berkembang sampai sekarang menjadi objek wisata yang di kenal oleh publik sebagai tujuan wisata.
Baturaden menawarkan berbagai objek wisata diantaranya adalah wisata alamnya yang sejuk dan asri. Terdapat Lokawisata Baturaden yang seluas 16,5 hektar yang menyajikan keindahan alam pegunungan dengan gemericik air yang mengalir.
Memasuki pintu gerbang lokawisata Baturaden, pengunjung akan disambut oleh sepasang patung yang sedang menari. Tidak jauh dari situ terdapat air terjun Gumawang, jembatan yang melintasi kali Gumawang. Diatas air terjun Gumawang terdapat jembatan yang pada tahun 2006 silam terdapat kecelakaan karena kelebihan muatan. Airnya yang jernih dan dingin menyebabkan para pengunjung tertarik untuk merendamkan kakinya ke kali Gumawang. Sementara tidak jauh dari kali tersebut air terjun Gumawang menawarkan atraksi orang-orang yang berani mengikuti arus air terjun atau hanya sekedar terjun dari ketinggian sekitar 15 meter dari permukaan air. Para penerjun akan menawarkan ke pengunjung berapa ia berani bayar untuk terjun. Setidaknya seribu duaribu rupiah kita masih bisa menyaksikan atraksi tersebut dialam terbuka. Pada hari minggu biasanya akan ramai.
Naik keatas sedikit terdapat kita bisa mengajak anak-anak, kerabat ataupun pacar untuk sekedar bermain sepeda air. Disediakan juga kolam renang dan pijit dengan terapi belerang.
Objek lainnya yang menarik adalah pancuran telu (tiga) dan pancuran pitu (tujuh). Untuk menuju ke pancuran tujuh kita harus rela berjalan sejauh 2,5 km dari lokawisata Baturaden. Itupun jika ingin menikmati keindahan alam yang indah di samping kiri dan kanan jalan. Akan tetapi saat ini di berikan akses yang mudah dengan adanya angkot yang langsung menuju gerbang pancuran pitu. Sedangkan pancuran telu kita tidak terlampau jauh untuk berjalan. Pancuran telu merupakan pancuran dengan air hangat yang mengandung belerang yang berkhasiat untuk menyembuhkan gatal-gatal terutama penyakit kulit, sehingga bisa berendam disana. Demikian juga dengan pancuran tujuh air yang mengalir merupakan air hangat dengan kadar belerang yang lumayan tinggi dan bau khas belerang akan tercium ketika kita berada disana.
Tidak jauh dari pancuran pitu terdapat goa Sarabadak yang memiliki bebatuan yang sangat indah kuning keemasan.
Menikmati keindahan alam Baturaden kita akan terbawa suasana alam yang nyaman dan kesejukannya mampu menghilangkan rasa capai yang menyergap akibat kita terlalu jauh berjalan. Disamping itu bagi para keluarga juga dapat menggelar tikar sambil menikmati pemandangan kebawah yang indah dengan diselingi makan dan minum dari bekal yang telah di bawanya.
Dari kejauhan pesona Baturaden terlihat hijau dan biru dengan gunung yang menjulang tinggi.
Selesai berekreasi kita keluar dan pulang, tapi jangan lupa mampir ke took-toko cinderamata yang menjual beraneka ragam souvenir khas Baturaden. Terdapat pula para penjual tanaman yang jika kita dapat menawar dengan baik, maka akan diperoleh harga yang murah.
Akses ke Baturaden
Jalan menuju Baturaden tidaklah sulit. Bagi pengunjung dengan kendaraan pribadi atau motor, dari arah Purwokerto tinggal mengikuti petunjuk jalan menuju Baturaden dengan jalan yang beraspal halus. Sehingga semakin nyaman untuk mengendarai kendaraan. Sementara bagi pengunjung dengan kendaraan umum dapat naik angkot jurusan Baturaden dari terminal bus Purwokerto ataupun terlebih dahulu naik angkot dari terminal bus menuju Kebondalem. Di kebondalem tersedia angkot dengan tujuan Baturaden.