Showing posts with label Ebiet G Ade. Show all posts
Showing posts with label Ebiet G Ade. Show all posts

Tuesday, April 29, 2008

AKU INGIN PULANG

AKU INGIN PULANG


Ebiet G Ade




Kemanapun aku pergi
Bayang - bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S’lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri
Ku tanya pad
a siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab s’mua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian


Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendeng
ar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan
Du… du… du…


Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa - bawa
Perasaan yang bersalah d
atang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa


Aku ingin pulang…
U… hu…
Aku harus pulang…
U… hu…
Aku ingin pulang…
U… hu…

Aku harus pulang…
U… hu…
Aku harus pulang…



Kembali Ebiet G Ade mengusik jiwaku. Mengusik jiwa-jiwa kosong yang telah lama meninggalkanNya. Tanpa kita sadari, kita selalu dalam bayang-bayangNya, dalam pengawasan yang tidak pernah terlihat, kecuali dengan sepotong hati yang terbuka maka bisa merasakan betapa kita selalu di awasi. Dan pulang adalah jalan terbaik untuk kembali ke haribaanNya, kembali ke jalanNya.



Kadang perasaan hampa itu muncul ketika kita asyik dengan perbuatan sia-sia tanpa mau memedulikan kehadiranNya. Dan hampa itu muncul seiring dengan keringnya hati, keringnya rohani yang tidak pernah di isi oleh tetes-tetes embun. Kehampaan dan kekeringan jiwa yang berlarut akan menyebabkan putus asa, akan tetapi ketika kita tersadar bahwa kita bisa pulang, maka akan lebih baik jika kita pulang, kembali ke jalanNya. Memulai sesuatu hal baru yang selama ini mungkin di tinggalkannya.


Perenungan adalah jalan awal kita untuk kembali.



Ketika kehampaan itu hadir, ketika sudah tidak ada tempat untuk bertanya karena memang segala sesuatu tidak perlu di pertanyakan dan di ceritakan secara sembarangan, maka ketika itulah kita harus kembali kepadaNya. Beban jiwa dan pikiran yang di pendam sendiri akan terasa berat dan kemudian kitapun letih dan ingin sendiri. Sendiri dalam arti yang sebenarnya. Ingin menyendiri, bermunajat mengadu kepadaNya akan dosa-dosa dan perbuatan yang telah kita lakukan.


Aku ingin pulang, kembali ke jalanMu, bimbinglah aku untuk selalu mengarungi kehidupan ini dengan lebih baik lagi. Perasaan bersalah akan perbuatan-perbuatan yang telah lalu, perasaan dimana kita sudah tidak bisa mengulangi lagi meski hanya sekedar kata maaf, perasaan akan dosa yang tidak mungkin untuk di ceritakan dan dimintakan maaf karena dianggap aib yang kemudian hanya bisa di pendam dalam hati sanubari, kemudian akan plong ketika kita mengadu kepadaNya. Hanya kepadaNyalah kita berserah diri dan curhat tentang diri kita sendiri.



Ebiet G Ade begitu menyejukan telinga yang kemudian membawa ke hati. Hati yang terdalam ketika kita bisa menyelami apa isi dari lirik lagu yang dinyanyikan. Perasaan mendalam yang tidak ditemukan oleh lirik-lirik lagu jaman sekarang. Pesan moral yang amat menyentuh diri ini untuk kembali kepadaNya. Kemanapun kita berlari, kemanapun kita sembunyi, tetap saja ada y ang mengawasi.



Ebiet G Ade penyanyi kelahiran Banjarnegara ini sungguh membuatku kangen, meski aku masih bisa mendengarkan lagu-lagunya. Ia telah lama vakum tidak membuat album. Justru karena lagu-lagu lamalah yang mungkin menyebabkan ia tetap eksis. Kesederhanaan liriknya mampu menghipnotisku untuk kembali merenungkan tentang diri . Kesederhanaan lirik akan tetapi sarat dengan pesan-pesan yang mampu menohok ke jantung hati yang terdalam, yang menumbuhkan kesadaran penuh bahwa kita, kemanapun dan bagaimanapun kita sembunyi, akan tetap ada Dia yang Maha melihat, Maha Mendengar. Tuhan kehadiratmu aku ingin kembali pulang ke jalanmu, jalan yang mungkin telah lama aku tinggalkan, meski aku ketawa akan tetapi menyimpan rahasia. Adakah jalan untuk itu? Untuk kembali merajut kasih denganMu yang kemudian membawa ketenangan hati ini.



Merajalelanya pembajakan di Indonesia, adakah salah satu sebab kenapa seorang Ebiet tidak membuat karyanya? Atau karena lagu-lagu Ebiet dianggap tidak menjual oleh produser-produser jaman sekarang yang lebih mengedepankan band-band anak muda sehingga Ebietpun malas untuk berkarya lagi? Wallahu ‘alam tapi yang jelas lagu-lagu Ebiet mampu membawa kita untuk sejenak merenung, merenung tentang apa saja disekitar kita. Merenungkan perbuatan kita yang seolah Tuhan mulai bosan dengan tingkah-tingkah kita yang justru akan semakin bangga dengan aib dan dosa yang dilakukan.



Kini setelah Ebiet lama menghilang adakah generasi kedua setelah Ebiet akan hadir, yang membawakan lagu sarat dengan pembelaan ketidakberdayaan kaum terpinggir, sarat dengan isu social ? akan tetapi kehadiran Ebiet sampai saat ini masih sangat diperlukan meskipun itu hanya mendaur ulang lagu-lagu yang telah lampau.



Kembali ke lirik diatas, semua peristiwa sudah ada yang mengatur tinggal bagaimana kita menyikapi, akan halnya aku, akupun ingin pulang, ingin kembali kepangkuanMu. Sungguh ketika aku berada di dekatMu aku merasa tenang dan aman, akan tetapi ketika keluar dari Engkau hati ini kembali hampa dan hampa yang malah membuahkan nestapa.



Aku ingin pulang….. kembali kepadaMu, kejalanMu. Segala keluh kesah dan duka nestapa aku curahkan dan aku adukan hanya kepadaMu.



KANGEN LAGU-LAGU EBIET G ADE

MASIH ADA WAKTU


Ebiet G Ade




Kita mesti bersyukur
Bahwa k
ita masih diberi waktu
Entah sampai kapan
Tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasihNya

Hanya atas kehendakNya
Kita masih bertemu matahari

Kepada rumpun di lalang
Kepada bintang gemintang
Kita dapat mencoba
Meminjam catatannya

Sampai kapankah gerangan
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng
Semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah
Segeralah bersujud

Mumpung kita masih diberi waktu.


Sepenggal syair Masih Ada Waktunya Ebiet G Ade. Penyanyi balada yang kini entah kemana. Kangen rasanya mendengarkan lagu-lagu Ebiet yang bias bikin adem, bikin suasana hati tenang yang membawa ke kedamaian tanpa emosi yang meledak-meledak yang kemudian mampu membawa ke sebuah perenungan diri. Perenungan bahwa kita masih di beri waktu untuk menyaksikan matahari esok pagi. Segala atas kehendak yang Maha Kuasa. Lihat dan dengarlah syair diatas betapa dalam terkandung pesan untuk kita, pesan untuk sekedar merenungkan bahwa kita masih di beri waktu. Kita mesti bersyukur bahwa semua terjadi tidak dengan sendirinya, akan tetapi terjadi dengan ada yang mengaturnya. Tuhan bersama kita, dan semua atas kehendakNya.



Ebiet G Ade, meski lewat lagu tapi mampu mengobati rasa kangen ku pada beliau yang kini menyendiri, jarang sekali tampil di televise. Lagu-lagu beliau akan terdengar ketika ada bencana menerpa. Sungguh indah, meski sederhana liriknya akan tetapi mengandung pesan yang sangat dalam. Ebiet G Ade adalah sosok penyanyi yang akrab dengan fenomena alam, kehidupan social, duka derita dan bencana. Terlahir dengan nama Abid Ghoffar Aboe Dja’far 54 tahun silam, Ebiet G Ade mampu membawakan lagu-lagunya dengan baik.


Terakhir Ebiet G Ade terlihat di layer kaca ketika di undang oleh tim Kick Andy Metro TV. Sedikit mengobati perasaan rindu akan lagu-lagu beliau yang sudah lama sekali tidak mengeluarkan album. Terakhir adalah Album Kompilasi 25th Anniversary yang membawakan lagu-lagu lama dengan beberapa aransemen ulang. Lagu-lagu Ebiet sarat akan pesan-pesan moral, tentang alam, tentang fenomena social, bencana dan ketidakberdayaan, meskipun memang sih ada lagu-lagu cintanya juga. Lirik-lirik yang pas dengan suasana hati, suasana jiwa yang di rundung nestapa, membuat kita tenang tapi tidak berarti cengeng. Mampu sekedar membawa untuk merenung tanpa harus dengan hangar binger seperti band-band jaman sekarang yang lebih menonjolkan cinta dan trend anak muda. Kehadiran Ebiet G Ade belum mampu tergantikan oleh penyanyi siapapun. Sosoknya yang sederhana dan bersahaja tanpa glamour dunia musiknya membuatku semakin mengagumi beliau. Saat ini tidak ada band-band atau penyanyi yang sekaliber Ebiet G Ade yang membawakan lagu dengan pesan-pesan yang indah.


Memang masa Ebiet belumlah lewat, karena ketika terjadi bencana pada khususnya, lagu-lagu Ebiet akan terdengar laris di penjuru radio-radio nusantara.


Kita Masih ingat tragedi yang memilukan



Kenapa harus mereka yang terpilih menghadap

Tsunami Aceh, Gempa di Yogya, Bengkulu, dan bencana alam lainnya yang menghantam negeri ini menyisakan banyak kesedihan. Kenapa harus mereka yang terpilih menghadap? Kenapa harus orang-orang kecil yang terkena bencana, yang hidup dari makan sehari-hari seadanya tapi penuh kedamaian. Mereka-mereka yang taat membayar pajak, mereka yang hidup dari kerja keras hanya untuk menghidupi diri dan keluarganya. Orang-orang terpinggir yang ketika harus mengurus segala sesuatu penuh dengan birokrasi uang. Mereka yang dengan ikhlas mendarmakan baktinya pada tetangga, Negara dan bangsa dengan menyisihkan sedikit hartanya agar tetap bisa hidup tanpa ada tunggakan pajak sebagai pendapatan Negara. Kenapa harus mereka?


Kenapa justru koruptor-koruptor di negeri ini yang nota bene mengambil hak rakyat dari hasil pajak yang dibayarkan justru bebas berkeliaran. Kenapa selalu saja orang kecil yang tertimpa bencana?



Kita mesti bersyukur
Bahwa kita masih diberi waktu

Ya semua ada hikmahnya. Dan kita mesti bersyukur bahwa kita masih di beri waktu olehNya untuk menatap hari esok. Disaat seperti sekarang ini , ketika harga barang melambung tinggi, hampir semua elemen produk ekonomi mengalami kenaikan. Lantas siapakah yang haru menjerit, menangis, menahan lapar dan gizi buruk? Rakyat lah yang selalu menderita sementara elit-elit politik lebih mementingkan partai dan pundit-pundinya tanpa harus memikirkan rakyat yang notabene adalah konstituennya.


Saat-saat seperti ini mendengarkan lagu-lagu Ebiet G Ade memberikan kesejukan tersendiri. Sebagai bahan introspeksi dimana kita bisa merenung dan melibatkan diri dalam emosi. Untuk kita renungkan dan memberikan berita kepada kawan bahwa masih ada hari esok yang lebih baik. Yang jelas masih ada waktu untuk kita membenahi diri.