Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Saturday, July 18, 2009

DUKA UNTUK NEGERIKU

17 Juli 2009

Hari belom lah sepenggalah naik..

bom kembali mengguncang Jakarta

JW Mariot & Ritz Carlton Hotel jadi sasaran...

bukan... bukan itu saja........ tapi pengunjung dan banyak orang tak bersalah disana ikut jadi korban

Duka kembali menyelimuti

Siapa yang salah dan siapa yang harus dipersalahkan?

Negeriku kembali guncang.....

MU & Indonesia All Starr pun terancam batal....

duh semua pun ikut kacau...

jalanan kacau, akses ditutup.......

Siapa sih mereka? teroris? capek hati ini mendengarnya........

itu lagi-dan itu lagi.....

Negeriku....

kapan kau seperti dulu?

Jika kau pengebom adalah teroris...

atau jaringan -jaringan yang aku sendiri gak ngerti ......

apa kau gak punya nurani?

Duka negeriku

untuk negeriku...

aku rindu akanmu........

untukmu teroris,,,,,,, aku mengutukmu!..

Wednesday, June 17, 2009

KERINDUAN

Dibayang wajah seorang

terlintas rindu selintas waktu

akan dirimu

---------------Di ujung senja aku merenda waktu

menunggu saat-saat yang dulu ,kala indah bersamamu

Perjalanan berantai yang telah habis

tanpa ada kata yang bisa menjelaskan

seorang diri .....................

aku.....dibayang dirimu

dalam waktu yang tak juga usai

Monday, April 27, 2009

Kau Datang

Lelah, capek dan lelah lagi
memory terbangkit ketika kau datang lagi
bukan, bukan datang secara fisik
kau datang disaat aku melupakan
tetang segalanya
tentangmu
aku capek, kenapa kau datang
ketika aku telah berhasil menghapusmu
dalam memory mimpiku
kau datang bertandang
dengan menawarkan aroma surgawi
aku benci sendiri
kau pun datang dalam mimpiku
akupun benci sendiri
aku benci untukmu
jangan kau datang lagi

Friday, April 24, 2009

MALAM PANJANG

Kulalui malam dengan panjang

panjang sekali seolah tak mau cepat berlalu

malam panjangku terpesona oleh sebuah khayalan

bayangan akan bayang-bayang sebuah kenangan yang terwujud

Ketika ku lalui satu demi satu baris-baris malam yang tak juga usai

bayangan itu tak pernah padam

Jakarta dengan hidupnya yang gemerlap

Jakarta dengan kejahatannya yang tak pernah redup

Jakarta dengan kemiskinan yang tak pernah sinkron dengan kekayaan

malamku kian panjang....

ketika harus menunggu suara diseberang yang tak lagi pernah hadir

meski hanya sesekali, tapi malamku memang panjang...

sepagi ini mataku tak terpejam......

menunggunya....mengharapkannya.....merindukannya.......

ah malamku kian panjang

dimana engaku sekarang.....

Tuesday, December 2, 2008

Puisi Tentang Cinta

Sudah lama banget tidak posting coretan hati, ingin kembali rasanya kugoreskan lagi tulisan yang dulu pernah ku tulis, entah sudah diposting atau belum. Tapi kerinduan itu hadir, hadir untuk kembali menyapa dan dibaca. Walau hanya sepotong kata tiada arti, tapi bagiku saat itu jelas berarti. Memang sih bukan puisi yang berbobot seperti teman saya pernah baca, tapi setidaknya aku berusaha jujur pada diri sendiri khususnya.

Ada dua puisi tertulis pada tahun 2005an, memang sih seperti kisah klasik pada umumnya tentang cinta dan aroma cemburu.


KABAR


2005



Dibayang rembulan


Kuberjalan menyusuri lorong berdebu


Kukabarkan aku


__________ketika



kutatap sendu wajah rembulan


separuh ia menyapa


dalam redup hati dan jiwa



_____kutatap ia


kala helaan nafas menderu


menahan aroma cemburu


kutatap sedih lalu muka terbuang


rembulan kelam


menitik hujan setetes


disapu tangan penuh debu



diseberang suara seorang


memanja menyebut nama


ia tak sendirian


ditemani wajah tak terbayang



_______kabar


pudar dan memuai


ditelan panas kerontang bumi


yang membasah selama ini


dan setia menemani


kemana dia pergi



______kabar


diseberang suatu perlintasan


dia tak sendirian


aku kesepian



Entah apa yang menghinggapiku saat ini sehingga tertulis seperti tersebut diatas.





TENTANG CINTA


2005




arti cinta


kata tak bernada


cinta ada dimana-mana



cinta..


ketika cinta di pertanyakan


apa makna cinta sebenarnya


cintakupun entah kemana


jika cinta itu tumbuh maka datanglah kasih



namun jika cinta dipaksa


apalagi…..


hanya sekedar aroma nafsu belaka


yang menghunjam di relung hati..


lalu menyakiti kemudian pergi



kutepis cinta nafsu


kucari aroma rindu


dalam kasih dan jiwa sentuhmu


cinta.. ah cinta kugugat engkau





Sekedar catatan, judul awalnya sebenarnya Menggugat Cinta, tapi kurubah jadi Tentang Cinta, kenapa? ya karena tentang cinta.




Thursday, June 19, 2008

Sebuah Renungan


Oleh Taufiq Ismail

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,
terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.
Penganggur 40 juta orang,
anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid,
pecandu narkoba 6 juta anak muda,
pengungsi perang saudara 1 juta orang,
VCD koitus beredar 20 juta keping,
kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan
dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol
diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya,
dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:
Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,
menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.
Ketika TKW-TKI itu pergi
lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan
di pelabuhan dan bandara,
ketika pulang lihat mereka berdukacita
karena majikan mungkir tidak membayar gaji,
banyak yang disiksa malah diperkosa
dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,
kita sudah jadi negeri jajahan kembali.
Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.

Dulu penjajah kita satu negara,
kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa.
Mereka berdasi sutra,
ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.

Makin banyak kita meminjam uang,
makin gembira karena leher kita makin
mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali.
Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan,
begitu laporan penelitian.
Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi,
dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram,
ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.
Bergerak ke kiri ketabrak copet,
bergerak ke kanan kesenggol jambret,
jalan di depan dikuasai maling,
jalan di belakang penuh tukang peras,
yang di atas tukang tindas.

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.
Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu'.
Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.
Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya.
Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.
Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,
membentang dari depan sampai ke belakang,
melimpah dari atas sampai ke bawah,
tambah merambah panjang deretan saf jamaah.
Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.
Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?
Bagaimana menangkap maling
yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah?
Dan yang melindungi mereka, ternyata,
bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.

Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up
Operation),
tangan kanannya membuat yayasan beasiswa,
asrama yatim piatu dan sekolahan.
Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,
kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,
otak kanannya berzakat harta,
bertaubat nasuha
dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?

Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,
tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,
malahan mereka juru tafsir peraturan
dan merancang undang-undang,
penegak hukum sekaligus penggoyang hukum,
berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu,
barangkali sekitar satu juta orang ini,
cukup jadi sebuah negara mini,
meliputi mereka yang pegang kendali perintah,
eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis,
yang pegang pestol dan
mengendalikan meriam,
yang berjas dan berdasi.
Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?
Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?
Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?
Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma

Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan
Insya Allah tak akan terselesaikan.
Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?
Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia
mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun
dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.
Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka
orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.
Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya,
jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita,
ada hubungan darah atau teman sekolah,
maka kita cenderung tutup mata,
tak sampai hati menegurnya.

Celakanya,
bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita,
orang seagama atau sedaerah,
Kita cenderung menutup-nutupi fakta,
lalu dimakruh-makruhkan
dan diam-diam berharap
semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.
Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap.
Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai.
Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.
Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia
dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah
Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.
Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.
Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar.
"Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya! " teriak mereka.
"Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.
Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang.
Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi.
Mereka menangkapku.
"Ambil bensin!" teriak seseorang.
"Bakar Rayap," teriak mereka bersama.
Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api.
Aku dibakar.
Bau kawanan rayap hangus.
Membubung Ke udara.

Wednesday, March 26, 2008

MY LITTLE ANGEL

Kado untuk anakku.... Salwa Aurel F.

'2006


Subhanallah….ajaib..

Tangismu ramaikan hampa nurani
Menepis kesepian diri
Dalam nada tak tersembunyi
Kuperhatikan kedip mata kecilmu
Lentik jemarimu dan kecil tapak kakimu
Bibir mungil dan hidungmu tak semancung aku
Bening mata dan tipis rambutmu
Halus kulitmu belum tersentuh aroma duniawi
Merah…
Ketika tangis memecah bagai delima merekah
Semerah itulah kamu…

Sehari, seminggu dan sebulan..
Matamu mulai bergerak
Tanganmu mulai terangkat
Tapi
Kau tumbuh tanpa kasih asi ibumu
Sepercik kau cicip tapi segelas kau muntahkan
Tapi aku tau ibumu berusaha untukmu
Dua bulan kau mulai mengangkat kaki dan memiringkan badan
Kau lucu
Seperti ayah dulu
Senyummu manis…
Dan hari-harimupun kini dimulai
Kau mulai mendengarkan, merespon tawa
Lucu ketika teriak kau…
Gemes menyusu pada jempol yang lentik
Lentik dan putih bayimu belum usai
Dan kau harus ikuti perjalanan ini

Salwa…
Hadiah dari surgawi
Semanis kata dan semanis senyummu
Lekas besar yah
Dan jaga ibumu..
Jadilah bidadari kecil yang manis
Penyejuk hidup keluarga

Tuesday, November 14, 2006

LELAH

Sudah lama banget gak update blog, yah ingin kembali aku tuangkan isi hati ini. Ini aku tulis kala itu ketika susah untuk tidur banyak sekali pkiran menerawang tak tentu arah,
Salam bagi sahabat semua

LELAH(MENUNGGU MATI)
September 2004

Aku lelah
Memandangi langit-langit kamar
Aku belum mencium bau kematianku
Dalam detak jantung
Dan aroma nafas lesu serta senyap di awal pagi
Telena oleh mantra-mantra setan
Dan sandiwara hidup yang belum usai
Lelahku mengajak berbaring
Sambil kembali menerawang langit-langit
Yang telah bosan di perhatikan

Kematianku belum juga datang
Seolah enggan menyapa
Apalagi sekedar bertandang dalam redup mata dan lelah jiwa
Atau ini hanya sinetron malam
Yang menghabiskan satu episode cerita
Dalam wacana yang tak jelas
Dan episode itu tak cepat berakhir
Detik menuju menit kemudian jam
Tapi sinetron menjelang kematian belum juga berakhir
Embusan angin menandakan pagi

Dan senyap awal pagi masih menyelimuti tapi episode satu cerita belum juga usai

Jiwaku lelah, tubuhku resah
Menunggu kematian di awal pagi ini
Yang belum menghampiri

Tuesday, April 18, 2006

aku lelaki

Aku......
lelaki terbaring damai
senyum lembut tersungging hadirkan wajahnya
desah nafas
lelaki dengan penuh angan
menerawang langit-langit kamar
terdampar di ranjang keemasan

Aku......
lelaki tersenyum kecut
desah masyuk dan aroma berahi
tercium dari aku
lelaki dengan penuh rindu

aku....
diriku....
lelaki menahan rindu
dalam angan-angan yang tak pasti

aku...
lelaki perindu




aku...
anganku...
kerinduanku
tak terbalas rindu...

aku merindukanmu..................

Wednesday, April 12, 2006

MEMORY

malam baru beranjak, hari belom lepas setengah
mata ini susah untuk terpejam
ada perasaan yang susah untuk aku tuangkan
sekalipun………
itu hanya lewat tetes-tetes tinta hitam
_____dan
dalam selembar kertas usang yang mengharap sentuhanku

kubuka……
lembar-lembar terakhir
saat-saat indah
kala itu…..
………suatu masa yang tak mungkin terulang
walau hanya sekejap

…….entahlah…….

kadang
masa-masa indah itu begitu mengusik
membawaku
keangan tak tentu arah


lalu…..
ketika kembali
kutelusuri jalan-jalan penuh memory
rasa itu hilang
ditelan jaman
yang tak pernah ramah menyapa
…….apalagi…….
hanya bertandang …….
mengungkap makna

…….sudahlah
smua t’lah berlalu
hanya kenangan yang meng-angan
tersisa…..
tanpa satu jawaban

kadang…
terlalu berat untuk melupakan
masa-masa indah
bersama diriku, temanku dan keluargaku
yang kala itu bersamaku

ah….
semua masa lalu
hanya memory!
oh, memory!
haruskah diriku kembali kemasa itu!
memory


------------rumput kering 2005

Tuesday, April 11, 2006

bertemu matahari

Sebelum terlelap
Kutorehkan asa pada suatu ketika
Esok masih ada
Untuk merajut kembali benang kusut
Dan menjahit kembali kain rombeng
Dari dosa dalam sujudku
Esok kan menanti
Untuk bertemu matahari

tahajud

Dalam redup cahaya remang

bersihkan diri menahan kantuk

atap langit udara beku

kabut tipis menahan rindu

dingin menusuk lembut wajahku

aku beku dalam nanar tatapanku

Bersimpuh besujud dihadapan-Mu

takjub akan kebesaran-Mu

Ingat jalang nafsu angkaraku


------------rumput kering 02

Thursday, April 6, 2006

PUISI UNTUK SAHABATKU AM

pagi ini hari begitu cerah. ketika semalem kuterbangun, mungkin bukan terbangun tapi dibangunkan oleh teman saya irfan untuk solat tahajud, yah ada kesejukan malam itu. aku terbangun dan berdoa..

pagi yang cerah ini ingin kumulai hari dengan penuh makna. aku ingin berguna bagi siapapun. tapi pagi ini juga aku mengingat temanku, seseorang yang baik hati, gadis yang pintar dan bersahaja. Ia berinisial AM. yah, justru aku tau inisial ini setelah dia mengirimkanku kado terakhir dan sangat terakhir, karena sejak saat itu kami tidak ada kontak sama sekali, ia menjauh dariku dan seolah tak mau meninggalkan jejaknya. ketika aku tanya kabar, telp, tiada juga jawaban.

AM, kau pribadi yang baik, ingatkah tatkala dulu kamu miscall malam2 untuk membangunkanku solat tahajud, ingatkah kala kita janjian ke pengajian, aku rindu saat2 seperti itu, dan akupun tau kenapa engkau menjauhiku, mungkin itu yang terbaik, tapi tidakkah silahturahmi itu penting?? dimana dirimu sekarang?

AM, aku ingin menuliskan puisi ini disini, yah puisi yang dulu pernah kamu baca, itu memang tentang kamu, dan kenapa pula kamu menyebutnya dengan blue, biru...

KAU DENGAN JILBABMU

Biru
ada senyum tersungging disana
terhempas lalu hilang entah kemana
dibalik biru jilbabmu
tersimpan keindahan kalbu
sosok pribadi lembut dan lugu

biru
kau anggun dimataku
penyejuk hati nan beku
jilbab biru itu
tak pudar dan tak hilang
kau tetap lembut dan lugu

biru
hanya biru itu
dan biru itu pula yang mengingatkanku
pada engkau yang entah dimana


---------------sirumput kering 2003

Wednesday, April 5, 2006

KABUT DI PUNCAK SORE

Dibawah kubah
Suatu sudut masjid At ta’awun
Kabut berarak menyelimuti
Hamparan hijau perkebunan the
Menutup jarak pandang pada cakrawala senja
Putih kabut dimana-mana

Udara dingin menyapa manja
Pada temaram kabut putih
Dan angin senja mengepakkan sayapnya
Meliukkan kembali udara dingin
Angin menggigil pada pucuk daun the
Yang samar bergoyang
Lalu hilang ditelan putih
Kelip lampu bagai kungan-kunang
Dan bunyi klakson tak mampu pecahkan keheningan sore ini

Satu persatu tubuh menggigil merapatkan diri
Berjejer satu satu pada tukang sekoteng
Penghangat suasana sore
Lalu kembali merapatkan jaket
Melawan dingin
Kabut putihpun tlah menyelimuti


Kabut
Bersalju lalu suci meredam dingin
Kabut putih di puncak sore yang belum pula usai
Dingin…
Kabut putih menyelimuti hijau
Laksana hamparan salju
Kabut…
Suatu sore di puncak ….

-----------sirumput kering 20 oct 2004

PERJALANAN

Lelaki di bayang waktu
Sedetik semenit lalu satu jam
Hari telah berlalu
Kuhitung dan ku eja satu-satu
Baris-baris terakhir ku

_____________Diriku berjalan diantara siluet gelap

Kemarin mentari masih menemani
Hari ini dia ada disisi
Esok

Atau lusa
Entahlah….
Perjalanan ini tak kan pernah usai
Abstrak kuraba dan kulalui
Aku lelah dalam penantian
Menyusuri jejak langkah tak terjawab
Aku sendirian

----------------sirumput kering 2005

TUHAN

Engkau bangunkan aku kala terlelap
Dan waktu kembali bergulir tinggalkan hari-hari hampa
Lalu kembali kutoreh asa
Dukaku hanya milikNya
Ketawa dan euforiaku kujadikan milikku
Aku lupa akanNya

Tuhan
Adakah sujud syukurku
Kala sang surya tetap menyinari dan ketika kelam menyelimuti dimensi waktuMu
Engkau tetap setia padaku

Tuhan
Sebelum terlelap
Dan tubuh telanjangku tak mampu memohon ampunanMu
Dalam mimpi-mimpi kadang Engkau hanya jadi pelengkapku
Tuhan!! Ampuni aku



----------------------sirumput kering 2003

KABAR

Dibayang rembulan
Kuberjalan menyusuri lorong berdebu
Kukabarkan aku
__________ketika

kutatap sendu wajah rembulan
separuh ia menyapa
dalam redup hati dan jiwa

_____kutatap ia
kala helaan nafas menderu
menahan aroma cemburu
kutatap sedih lalu muka terbuang
rembulan kelam
menitik hujan setetes
disapu tangan penuh debu

diseberang suara seorang
memanja menyebut nama
ia tak sendirian
ditemani wajah tak terbayang
_______kabar
pudar dan memuai
ditelan panas kerontang bumi
yang membasah selama ini
dan setia menemani
kemana dia pergi

______kabar
diseberang suatu perlintasan negara
dia tak sendirian
aku kesepian



----------------sirumput kering 2005