PASIR BERBISIK
Sutradara : Nan Achnas
Pemain : Christine Hakim, Dian Sastro Wardoyo, Slamet Raharjo
Pemain Pendukung : Dik Doank, Desi Fitri, Didi Petet
Film tahun 2001
Ini bertutur tentang film. Film yang sudah lama di produksi akan tetapi tidak basi untuk diangkat kembali. Hanya sekedar mengingatkan kalau dulu ada film yang bagus tanpa harus hingar binger pemain. Film Indonesia yang saat itu belum menemukan jatidirinya kembali setelah sekian lama mati suri. Melalui akting Christine Hakim yang sudah menjadi jaminan kalau aktingnya alami, memukau. Didampingi Dian Sastro yang berperan sebagai Daya, anak gadis semata wayang dari Berlian (Christin Hakim). Dian Sastro mampu mengimbangi akting Christine Hakim yang sudah malang melintang di jagat perfilman.
Sebenarnya asyik saja apabila kita mencermati dan memperhatikan film-film yang tahun pembuatannya sudah lama, ya setidaknya bernostalgia mengenai waktu-waktu yang lalu.
Kali ini masih bertutur tentang filmnya Christine Hakim seperti sebelumnya di Daun Diatas bantal. Selanjutnya akan di angkat pula dib log ini film-film Dian Sastro Wardoyo yang berhasil memerankan tokoh Daya di film ini.
Pasir Berbisik atau dikenal pula Whispering Sand pada festival-festival film luar negeri berkisah tentang kisah cinta multi dimensi antara seorang gadis desa yang sedang mencari jati diri dan ibunya yang selalu di hantui rasa ketakutan akan kehilangan anak gadisnya, sehingga sang ibu begitu protektif sekali terhadap anaknya.
Mengambil setting di tanah berpasir di suatu pinggiran pantai, perkampungan pesisir pantai yang sewaktu-waktu bila datangnya badai pasir maka kampungpun bisa hilang tertimbun pasir. Suasana yang sepi dan hening terus mewarnai sepanjang film ini. Keheningan karena suasana alamnya yang hening dan keheningan untuk mendukung film ini. Keheningan dimana kita akan terbawa oleh suasana alam yang sunyi dan senyap di tengah gurun. Ketakutan akan adanya pendatang atau karena adanya huru hara yang ditimbulkan karena adanya orang-orang yang ditangkapi dengan sebab yang tidak jelas. Pembakaran kampung yang meski adanya pembakaran akan tetapi tetap pada suasana yang sunyi dan mencekam.
Berlian adalah sosok ibu yang begitu cinta pada anaknya secara berlebihan akibat takut kehilangan. Karena Daya adalah anak satu-satunya sebagai harta yang paling berharga setelah Agus (Slamet Rahardjo) suaminya menghilang. Bertutur tentang suatu pertarungan sepi ditengah gurun yang di warnai bahasa kalbu suara alam di gurun yang mengelilingi mereka. Daya memimpikan ayahnya (Slamet Rahardjo) yang pergi tanpa pesan. Ia sering mendekatkan telinganya ke pasir seolah mendengarkan bahwa pasir itu membisikan sesuatu. Pasir pun berbisik………
Di gurun pasir yang hening diwarnai bahasa kalbu alam gurun yang mengelilingi kehidupan mereka, mereka hidup dalam sepi. Daya selalu memimpikan akan kehadiran ayahnya yang telah lama menghilang. Sampai pada suatu waktu Agus muncul tanpa di duga dalam keadaan nestapa. Berlian yang telah lama di tinggal pergi tidak bisa menerima begitu saja kehadiran Agus. Akan tetapi Agus berhasil memikat hati Daya dan pada akhirnya Berlianpun menerima kehadiran Agus.
Kisah ini tidak lama, karena selang beberapa saat, akibat ulahnya Agus terlilit hutang dengan lintah darat Suwito (Didi Petet). Bertahun-tahun lamanya akhirnya kegadisan Daya direnggut oleh Suwito sebagai imbalan karena Agus tidak mampu melunasi hutangnya. Gadis yang polos yang pada akhirnya sadar, akan tetapi Berlianpun tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah kisah tragis dari awal hancurnya impian Daya untuk selama-lamanya.
Keadaanpun hening…… hanya semilir angin dingin. Kita akan terbawa kesana seolah keheningan itu merasuki jiwa kita. Jiwa-jiwa kosong yang mampu menembus kisah dari suatu tempat entah dimana.
Dan pasir pun berbisik lirih……………………………