Showing posts with label Pasir Berbisik. Show all posts
Showing posts with label Pasir Berbisik. Show all posts

Wednesday, March 6, 2013

DIAN SASTRO WARDOYO

Koleksi Dian Sastrowardoyo


Dian Sastrowardoyo, artis cantik yang lahir 16 Maret 1982 merupakan salah satu bintang film Indonesia dengan acting yang memukau. Dian Sastrowardoyo mengawali karirnya sebagai juara pertama Gadis Sampul yang diadain oleh majalah GADIS.  Yuk kita cek film-filmnya.

Bintang Jatuh

Film pertama Dian adalah Film Bintang Jatuh (2000) yang di sutradarai oleh Rudi Sudjarwo. Di film ini Dian yang masih baru di jagat acting di sandingkan dengan pemain film Marcella Zalianty, Garry Iskak dan Indra Birowo. Bintang Jatuh merupakan salah satu film yang di putar secara indie dari kampus ke kampus dan tidak tayang di bioskop, karenanya jarang sekali yagn tahu film ini.

Pasir Berbisik

Kemudian ditahun berikutnya Dian Sastrowardoyo berhasil main film disandingkan dengan aktris senior Christine Hakim dalam film Pasir Berbisik (Whispering Sands)  arahan Nan Achnas. Kenaturalan Dian di film ini begitu terlihat.  Keheningan dan jalan cerita di film ini cukup membuat penulis merasa bingung ketika menontonnya sekali, karena tidak menangkap pesan yang ada. Namun setelah menontonnya beberapa kali maka barulah tahu apa yang ingin disampaikan oleh film ini. Kadang di Indonesia sebuah film bagus akan terasa berat ketika kita tidak dengan mudah mencernanya. Pasir berbisik juga banyak meraih penghargaan

  • Best Cinematography Award, Best Sound Award dan Jury's Special Award For Most Promising Director untuk Festival Filem Asia Pacific 2001

  • Festival Film Asiatique Deauville 2002 - Dian Sastrowardoyo memenangkan Artis Wanita Terbaik

  • Festival Film Antarabangsa Singapura ke-15- Dian Sastrowardoyo memenangkan Artis Wanita Terbaik

  • Festival Film Indonesia 2004 meraih nominasi di 8 kategori : Film Terbaik,Aktris Terbaik (Dian Sastrowardoyo dan Christine Hakim),Aktor Pendukung Terbaik (Didi Petet dan Slamet Rahardjo),Aktris Pendukung Terbaik (Dessy Fitri),Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi),Tata Artistik Terbaik (Frans X.R. Paat),Tata Musik Terbaik (Thoersi Agreswara),dan Tata Suara Terbaik (Adimolana Machmud dan Hartanto).

Ada Apa Dengan Cinta

Bermain bagus di film Pasir Berbisik, kali ini Dian Sastro menjadi bintang utama dalam film Ada Apa Dengan Cinta produksi Miles  dengan sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza. Film Remaja ini memasangkan Dian berpasangan dengan actor Nicolas Saputra seorang pria dingin yagn jatuh cinta pada Cinta (Dian Sastro Wardoyo). Tercatat film ini mampu menyedot penonton karena film yang di bawakan cukup ringan namun mengena di hati penontonnya . Chemistry yang dibangun antara Dian dan Nicolas juga sangat mengena.

Ada Apa Dengan Cinta merupakan salah satu langkah awal film Indonesia setelah sekian lama terpuruk meski sebelumnya ada film Petualangan Sherina yang patut di acungi jempol yang digadang-gadang sebagai awal kebangkitan film Indonesia, namun pasca AADC dunia perfilman Indonesia kian menggeliat hingga sekarang.

Ada apa dengan cinta juga merupakan film yang meraih penghargaan dalam ajang Festival Film Indonesia 2004 setelah selama lebih dari 1 dekade FFI dihentikan. Penghargaan yang diraih adalah :

  • Piala Citra Festival Film Indonesia 2004

    • Pemeran Utama Wanita Terbaik (Dian Sastrowardoyo)

    • Sutradara Terbaik (Rudi Soedjarwo)

    • Tata Musik Terbaik (Melly Goeslaw & Anto Hoed)

    • Film Pilihan Masyarakat

    • Skenario (Jujur Prananto, Rako Prijanto, Riri Riza)



Banyu Biru

Banyu Biru merupakan film Dian berikutnya. Kali ini ia berpasangan dengan Tora Sudiro. Berbeda dengan film sebelumnya, peran Dian di film ini boleh dibilang sangat kecil, sosok utama adalah Tora Sudiro. Banyu Biru berkisah tentang seorang pemuda Banyu (Tora sudiro) yang mencoba menemukan jawaban. Seorang  anak muda yang bekerja sebagai pegawai layanan konsumen sebuah hypermarket. Ia tenggelam dalam rutinitasnya. Kejadian di suatu hari yang ganjil menginspirasi Banyu untuk melakukan perjalanan, mencari jalan keluar atas masa lalunya yang selalu dibayangi peristiwa masa kecilnya.



Ungu Violet

Setelah sebelumnya di pertemukan dengan Garry Iskak dalam satu frame ketika masih baru di dunia acting, kali ini Dian Sastro Wardoyo kembali bertemu di film Ungu Violet bersama Garry Iskak. Meski tokoh sentralnya sendiri adalah Lando (Rizky Hanggono) dan Kalin (Dian Sastro Wardoyo)

Ungu violet bercerita tentang seorang gadis penjaga tiket busway yang karena ketidaksengajaan akhirnya menjadi seorang Model yang terkenal berkat Lando yang menemukan kecantikan Kalin ketika sedang naik bus dan tanpa sengaja memotretnya. Dari sinilah awal karir Kalin. Kedekatan Kalin dan Lando pun kian lama kian dekat hingga membuat hati Kalin terpaku pada Lando, namun tanpa disadari Lando akhirnya memutuskan tali persahabatan dengan Kalin tanpa disertai alas an yang jelas. Kalin marah, meski pada akhirnya Lando memiliki kesempatan untuk menjelaskannya ketika Kalin sedang diberi cincin pertunangan oleh  managernya (Garry Iskak). Kalin mengejar lando, namun sebuah mobil menabraknya hingga Kalin terkena pecahan kaca di kedua matanya. Kalin buta. Selama dirumah sakit, Lando setia menemaninya hingga suatu saat Kalin mendapatkan donor mata. Setelah kembali dapat melihat, Kalin segera mencari Lando, namun sudah terlambat, karena Lando sudah meninggal, karena penyakit yang dideritanya. Itu pula yang menjadi alas an Lando untuk menjauhi Kalin kala itu. Dan Kalinpun baru tersadar karena matanya yang sekarang adalah mata Lando yang di donorkan padanya…,



Belahan Jiwa

Film produksi 2005 ini dibintangi antara lain oleh Nirina Zubir, Marcella Zalianty, dan Dina Olivia. Dian Sastro berperan sebagai Cempaka, seorang yang memiliki beberapa kepribadian yang di perankan oleh Nirina, Marcella dan Dina Olivia serta Dian Sendiri. Menonton film ini cukup sulit untuk menangkap apa yang di maui oleh penulisnya Sekar Ayu Asmara.

Putri Gunung Ledang

Putri Gunung Ledang merupakan film Malaysia yang bercerita tentang legenda Melayu yaitu putrid Gunung Ledang . Film Ini juga turut di perkuat oleh acting Christine Hakim dan Alex Komang dari Indonesia.

3 Doa 3 Cinta

Dian Sastro wardoyo kembali di pertemukan dengan Nicolas Saputra dalam film 3 Doa 3 Cinta. Film ini berlatar belakang pesantren, seorang pemuda (Nicolas Saputra) yang mencari ibu kandungnya di Jakarta melalui Dona Satelit (Dian Sastro Wardoyo) seorang penyanyi dangdut. Meski pada akhirnya tahu kalau orang tuanya sudah meninggal setelah dipertemukan dengan mucikari yang biasa menangani ibu kandungnya berkat bantuan Dona Satelit.

Film ini tidak semeledak film AADC.



Dunia Tanpa Koma (DTK)

Dunia Tanpa Koma merupakan sebuah drama seri yang pernah di tayangkan oleh RCTI sebanyak 15 episode. Tidak seperti sinetron-sinetron pada umumnya, Dunia Tanpa Koma merupakan Sinetron yang bagus karena intriknya tidak mengada-ada dan kita bisa belajar dari film ini.

Dian sastro berperan sebagai Raya seorang wartawati yang bekerja pada Majalah Target. Ia dihadapkan pada dua pilihan cinta antara Bayu (tora Sudiro) yang gamang untuk memutuskan pernikahannya dengan pacarnya (Endita) dan cintanya pada Bram (Fauzi Baadila) wartawan yang merupakan saingan dari majalah Target. Sinetron ini di kemas sangat bagus serta tidak menjual mimpi. Realistis. Cukup panjang 15 episode namun tidak bosan melihat acting Dian disini.

Selain film-film diatas Dian juga pernah bermain dalam film Drupadi namun sayang sekali hingga saat ini belum pernah keluar DVD maupun VCD filmnya.



Monday, June 9, 2008

Pasir Berbisik ; Whispering Sand


PASIR BERBISIK


Sutradara : Nan Achnas


Pemain : Christine Hakim, Dian Sastro Wardoyo, Slamet Raharjo


Pemain Pendukung : Dik Doank, Desi Fitri, Didi Petet


Film tahun 2001




Ini bertutur tentang film. Film yang sudah lama di produksi akan tetapi tidak basi untuk diangkat kembali. Hanya sekedar mengingatkan kalau dulu ada film yang bagus tanpa harus hingar binger pemain. Film Indonesia yang saat itu belum menemukan jatidirinya kembali setelah sekian lama mati suri. Melalui akting Christine Hakim yang sudah menjadi jaminan kalau aktingnya alami, memukau. Didampingi Dian Sastro yang berperan sebagai Daya, anak gadis semata wayang dari Berlian (Christin Hakim). Dian Sastro mampu mengimbangi akting Christine Hakim yang sudah malang melintang di jagat perfilman.



Sebenarnya asyik saja apabila kita mencermati dan memperhatikan film-film yang tahun pembuatannya sudah lama, ya setidaknya bernostalgia mengenai waktu-waktu yang lalu.


Kali ini masih bertutur tentang filmnya Christine Hakim seperti sebelumnya di Daun Diatas bantal. Selanjutnya akan di angkat pula dib log ini film-film Dian Sastro Wardoyo yang berhasil memerankan tokoh Daya di film ini.



Pasir Berbisik atau dikenal pula Whispering Sand pada festival-festival film luar negeri berkisah tentang kisah cinta multi dimensi antara seorang gadis desa yang sedang mencari jati diri dan ibunya yang selalu di hantui rasa ketakutan akan kehilangan anak gadisnya, sehingga sang ibu begitu protektif sekali terhadap anaknya.



Mengambil setting di tanah berpasir di suatu pinggiran pantai, perkampungan pesisir pantai yang sewaktu-waktu bila datangnya badai pasir maka kampungpun bisa hilang tertimbun pasir. Suasana yang sepi dan hening terus mewarnai sepanjang film ini. Keheningan karena suasana alamnya yang hening dan keheningan untuk mendukung film ini. Keheningan dimana kita akan terbawa oleh suasana alam yang sunyi dan senyap di tengah gurun. Ketakutan akan adanya pendatang atau karena adanya huru hara yang ditimbulkan karena adanya orang-orang yang ditangkapi dengan sebab yang tidak jelas. Pembakaran kampung yang meski adanya pembakaran akan tetapi tetap pada suasana yang sunyi dan mencekam.



Berlian adalah sosok ibu yang begitu cinta pada anaknya secara berlebihan akibat takut kehilangan. Karena Daya adalah anak satu-satunya sebagai harta yang paling berharga setelah Agus (Slamet Rahardjo) suaminya menghilang. Bertutur tentang suatu pertarungan sepi ditengah gurun yang di warnai bahasa kalbu suara alam di gurun yang mengelilingi mereka. Daya memimpikan ayahnya (Slamet Rahardjo) yang pergi tanpa pesan. Ia sering mendekatkan telinganya ke pasir seolah mendengarkan bahwa pasir itu membisikan sesuatu. Pasir pun berbisik………



Di gurun pasir yang hening diwarnai bahasa kalbu alam gurun yang mengelilingi kehidupan mereka, mereka hidup dalam sepi. Daya selalu memimpikan akan kehadiran ayahnya yang telah lama menghilang. Sampai pada suatu waktu Agus muncul tanpa di duga dalam keadaan nestapa. Berlian yang telah lama di tinggal pergi tidak bisa menerima begitu saja kehadiran Agus. Akan tetapi Agus berhasil memikat hati Daya dan pada akhirnya Berlianpun menerima kehadiran Agus.



Kisah ini tidak lama, karena selang beberapa saat, akibat ulahnya Agus terlilit hutang dengan lintah darat Suwito (Didi Petet). Bertahun-tahun lamanya akhirnya kegadisan Daya direnggut oleh Suwito sebagai imbalan karena Agus tidak mampu melunasi hutangnya. Gadis yang polos yang pada akhirnya sadar, akan tetapi Berlianpun tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah kisah tragis dari awal hancurnya impian Daya untuk selama-lamanya.



Keadaanpun hening…… hanya semilir angin dingin. Kita akan terbawa kesana seolah keheningan itu merasuki jiwa kita. Jiwa-jiwa kosong yang mampu menembus kisah dari suatu tempat entah dimana.



Dan pasir pun berbisik lirih……………………………