Terlahir sebagai RM. SOEDARTO, 21 Maret 1943 di Solo, Darto Joned, di kalangan perfilman memang lebih dikenal sebagai sutradara film TVRI maupun TV lain. Padahal pertama kali terlibat di film ia lebih dulu main untuk film bioskop. Melibatkan diri pertama kali di film tahun 1972 sebagai pemain dalam film "Tanah Gersang", Darto entah kenapa akhirnya lebih banyak melibatkan diri sebagai penulis skenario. Tidak tanggung-tanggung ia bisa menyelesaikan tiga skenario sekaligus. "Tapi itu kalau untuk membuat film seri, kalau tidak untuk film seri, ya cukup sehari satu", katanya.
Menjadi penulis skenario itu sendiri sudah dimulai Darto sejak tahun 1974 untuk film "Marabunta" dimana ia sekaligus menjadi pembantu sutradara. Sejak itu, diakuinya sudah puluhan skenario yang dislesaikannya hingga sekarang. Baik untuk film Bioskop maupun untuk film TV. Untuk film TV, Darto malah tanpa sungkan menyebutkan sering menyelesaikan satu episode untuk film seri dikerjakannya tanpa memerlukan skenario. "Semuanya berkembang di lapangan. Jadi jangan heran kalau sehari saya pun bisa menyelesaikan tiga episode film seri," katanya lagi.
Sutradara film TV yang dikenal lewas serial "Kisah Serumpun Bambu" dan dilanjutkan "Tembang Di Tengah Padang" juga menjadi film bioskop berjudul "Gerbang Keadilan". Itu merupakan film ketiga saya setelah Marabunta dan Selimut Cinta, " katanya.
Di Singgung bagaimana cara bisa menyelesaikan tiga skenario sekaligus, sutradara yang menyebut dirinya mesin skenario ini cuma tertawa. "Yang diperlukan cuma gambaran tentang ceritanya. Kalau semuanya sudah ada dalam kepala, yang lainnya tinggal menuliskannya," ujarnya. Tapi kalau saya sedang bikin skenario, saya harus mencari tempat yang sepi. Di hotel misalnya. Dan syaratnya, harus didampingi isteri saya," tambahnya .
Untungnya Darto punya isteri yang setia selalu mendampinginya. Tak cuma waktu bikin skenario, tapi juga kemana saja ia pergi. "Apa yang selalu saya pikirkan setiap kali memulai pekerjaan hanyalah bagaimana penonton bisa menyukainya, " katanya sungguh-sungguh.
Perihal mengapa ia lebih suka main dan bikin film untuk TV, lelaki yang suka tertawa ini menyebutkan karena TVRI saat ini lebih terbuka. Dan itu berbeda dengan TVRI dulu. Sekarang TVRI sepertinya membuka kesempatan seluas-luasnya pada sutradara dari luar kota membuat film bagi TVRI, " katanya. "Tapi sungguh kok , bukan karena bikin film V itu lebih enak maka saya lebih banyak menghasilkan film-film untuk TVRI. Tapi karena kesempatan untuk bikin film bioskop memang jarang saya dapatkan, " katanya kemudian.
~~ sumber MF~
No comments:
Post a Comment