Wednesday, March 2, 2011
CHRISTINE HAKIM DALAM FILM IRISAN IRISAN HATI
JUDUL FILM : IRISAN IRISAN HATI
SUTRADARA : DJUN SAPTOHADI
PRODUKSI : PT. KANTA INDAH FILM
CERITA : H MISBAH YUSABIRAN
PRODUSER : NAWAWI
TAHUN PROD : 1988
JENIS : FILM DRAMA
PEMAIN : DEDDY MIZWAR, CHRISTINE HAKIM, PIET BURNAMA, PIET PAGAU, TIARA JAQUELINA, YATI SURACHMAN, BAHARUDIN BIN HAJI OMAR
SINOPSIS :
Film Irisan Irisan hati mengambil setting tahun 1964 ketika terjadi konfrontasi dengan Malaysia kala itu. Adalah Nurhadi alias Hadi (Deddy Mizwar), seorang mahasiswa yang sedang berlatih terjun payung namun ia melakukan terjun bebas yang membuat pelatihnya menjadi marah. Sebagai Resimen Mahajaya Senior, ulah Hadi di anggap akan menjadi contoh buruk bagi mahasiswa lain yang baru berlatih. Namun hal ini ditentang oleh rekan-rekan mahasiswa yang lain.
Hadi yang juga merupakan salah seorang sukarelawan Garis depan Malaysia yang akan ikut untuk mengganyang Malaysia yang pada tahun 1964 terjadi konfrontasi dengan Indonesia. Hadi pun di elu-elukan oleh rekan-rekan mahasiswa yang lain akan keberaniannya. Mereka berjuang untuk revolusioner progresif yang di agung-agungkan oleh kalangan Mahasiswa.
Adalah Wati (Christine Hakim) yang merasa tercuri hatinya pada Hadi. Ia pun jatuh cinta pada Hadi, namun meski pada awalnya tanggapan Hadi dingin, lama kelamaan ia meresponnya. Wati pun pulang ke kampung, berkat teman-teman Wati, maka hadi tahu kalau Wati pulang ke kampung. Hadi menyusulnya. Namun sayang, tanggapan ayah wati (Piet Burnama) terhadap Hadi kurang baik. Apalagi setelah tahu siapa Hadi sebenarnya, seorang sukarelawan Garis Depan yang dikabarkan akan membunuhi orang-orang Malaysia. Keduanya bersitegang. Bahkan ayah Wati sampai mengeluarkan senapannya, sisa peninggalan masa revolusi yang pernah ia alami. Watipun berusaha menengahinya, namun sayang ayahnya justru melarang wati untuk kembali ke Jakarta kuliah kembali.
Wati akhirnya kabur dari rumah dan menyusul Hadi ke Jakarta. Sementara itu kakak wati, Iwan (Piet Pagau) menyusul ke kampus dan bersitegang dengan Hadi, karena Hadi dituduh telah merusak adiknya. Iapun tahu setelah wati menjelaskan pada Hadi kepergiannya ke Jakarta dengan alasan telah hamil oleh Hadi. Watipun di usir dari rumah dan tidak mungkin kembali lagi.
Akhirnya Hadi dan Wati pun menikah. Namun belum berselang lama sejak pernikahannya, hadi harus berangkat ke Malaysia untuk melaksanakan misinya menjadi sukarelawan Ganyang Malaysia. Mereka menaiki perahu untuk menyeberangi laut. Namun sayang keberadaan mereka di ketahui oleh polisi Malaysia hingga akhirnya terjadi baku tembak. Relawan Indonesia banyak yang mati kecuali Hadi yang harus terdampar di laut yang terletak di kampung Tanjung Kelana wilayah Kuala Putih. Hadi di tolong oleh Pakcik Salman (Baharudin bin haji Omar) dan Ipah (Tiara Jaquelina). Hadi pingsan. Setelah sadar, ia ketakutan karena ia takut akan di laporkan ke polisi Malaysia. Namun hal itu di pendamnya dalam hati karena takut ketahuan. Hadi mengaku sebagai Muhammad Noor, seorang nelayan yang berasal dari ketam. Agar tidak di laporkan, maka hadi menolak tawaran dari Pakcik Salman yang akan mencarikan kapal untuk berlabuh kea rah Ketam.
Akhirnya lambat laun Hadi mau menerima keadaan untuk tinggal di kampung Ipah. Keadaan luka Hadi yang tidak sembuh-sembuh membuat Pakcik Salman dan Ipah mencari tabib untuk didatangkan kerumahnya. Setelah di obati, maka ketahuanlah siapa Muhammad Noor sebenarnya. Karena luka yang ada di dirinya adalah peluru, yang menandakan Hadi sebagai tentara Indonesia yang di susupkan ke Malaysia. Tabib tersebut akhirnya memberitahukan pada Pakcik Salman siapa Muhammad Noor sebenarnya, apalagi ketika polisi mencari-cari keberadaan orang Indonesia, maka Pakcik Salman ikut merasa was was.
Akhirnya Muhammad Noor dan Ipah pun menikah. Ketika istrinya sedang hamil besar, Wati datang keMalaysia untuk meyakinkan kalau suaminya masih hidup setelah perwakilan Malaysia di Indonesia di buka. Ia mendapatkan titik terang keberadaan Hadi di Malaysia yang menggunakan nama Muhammad Noor. Setelah mencari kesana kemari, akhirnya sampailah Wati kerumah Ipah, tempat dimana Muhammad Noor tinggal. Betapa kecewanya ia setelah mendapati kalau Hadi sudah menikah lagi dan istrinya akan melahirkan anak pertamanya. Wati pergi meninggalkan Muhammad noor alias Hadi. Sementara itu Ipah menyadari posisinya, dan bersedia mengalah untuk Wati. Maka disuruhnyalah suaminya untuk pergi menyusul Wati ke Indonesia. Namun sayang sesampai di Indonesia Hadi menelpon Wati dan mengaku sudah punya suami.
Akhirnya Hadi dan Wati pun bertemu untuk menjelaskan keberadaannya. Namun sayang akhirnya wati pun harus mengalah pada Hadi dan meminta Hadi untuk mengurus keluarganya.
Thursday, August 12, 2010
FILM PERJUANGAN BANDUNG LAUTAN API
JUDUL FILM : BANDUNG LAUTAN API
SUTRADARA : ALAM SURAWIJAYA
PRODUKSI : PT. PROPELAT KODAM VI SILIWANGI & PT. SRI AGUNG UTAMA FILM
CERITA : LUKMAN MADEWA
PRODUSER : Ny. YULIES ROFI’I
TAHUN PROD : 1974
JENIS : FILM PERJUANGAN
PEMAIN : DICKY ZULKARNAEN, CHRISTINE HAKIM, TATIEK TITO, ARMAN EFFENDI, HADISHAM TAHAK, MILA KARMILA
SINOPSIS :
Film Bandung lautan api adalah sebuah film yang berlatar dari peristiwa Bandung lautan api yang terjadi pada 24 Maret 1946. Film berlatar perjuangan putra putri Indonesia yang di bumbui dengan kisah cinta segitiga antara Hidayat (Dicky Zulkarnaen), Nani (Christine Hakim) dan Priatna (Arman Effendy).
Hidayat (Dicky Zulkarnaen) dan Nani (Christine Hakim) adalah orang-orang yang kerja di Radio Bandung. Nani juga menjadi anggota PMI untuk perjuangan Indonesia. Setelah Proklamasi Berkumandang yang juga di teruskan oleh Radio Bandung, maka rakyat pun bergembira. Pekik Merdeka bersautan dimana-mana. Pasukan Jepang yang berjaga-jaga di tarik. Antara Hidayat dan Nani sering berselisih paham, karena Hidayat selalu meras a benar dan menang sendiri seolah meremehkan orang lain. Hidayat lebih mengedepankan perjuangan melalui otak tidak hanya lewat fisik. Adalah Priatna, pejuang bekas tentara PETA yang juga ikut berjuang mengamankan radio Bandung ketika mengumandangkan proklamasi kemerdekaan. Priatna berhasil mencuri perhatian Nani pada pandangan pertama. Sementara Hidayat selalu membandingkan antara Priatna dengan dirinya, kalau Priatna selalu mengedepankan perjuangan fisik sedangkan Hidayat melalui otak.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan, di bentuklah BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang di sambut antusias oleh pemuda-pemuda Bandung untuk mendaftarkan diri termasuk juga Hidayat yang juga seorang mantan PETA, termasuk juga dengan Priatna yang masuk ke BKR. Antara Priatna dan Hidayat terdapat perbedaan bagi bawahannya. Hidayat masuk ke BKR dan di tunjuk menjadi salah seorang komandan kompi. Penunjukkan ini mendapat tentangan dari sebagian orang yang tidak setuju, namun demi perjuangan merebut kembali Indonesia untuk mengusir Belanda yang membonceng sekutu, Priatna berhasil meredam ketidaksetujuan di beberapa kalangan.
Sementara itu Nani pulang ke kampungnya dengan mengajak Priatna. Namun kedatangan Nani tidak disambut gembira oleh ayahnya, seorang antek Belanda. Ayahnya menginginkan Nani untuk pulang ke desanya dan menjadi guru, Ia merasa kalau kehidupan yang Nani peroleh karena peran Belanda sudah sangat cukup, daripada harus berjuang. Namun Nani berjanji pada ayahnya akan tetap membela Indonesia meski ayahnya hanya mementingkan diri sendiri dengan mengabdikan hidupnya untuk penjajah. Nani pun kecewa. Ia kembali ke markas.
Di markas BKR, Hidayat mengendus adanya pertemuan dari pihak musuh. Dengan membawa beberapa pejuang, Hidayat di tugaskan untuk mengintip dan mendengarkan isi pembicaraan mereka. Namun Hidayat dan kawannya berhasil di ketahui maka terjadilah baku tembak, hingga akhirnya seluruh peserta pertemuan yang hadir tewas terembak termasuk juga ayah Nani yang ikut dalam pertemuan tersebut. Setelah tahu ayah Nani tertembak, Hidayat marah, karena telah terjadi kesalah pahaman antara dirinya yang menyuruh menghabisi mereka dengan Jarot yang telah menembaki mereka secara membabi buta. Namun Hidayat dengan jantan mengakui kesalahannya pada Nani. Sementara itu Nani tetap ikut berperan aktif di PMI.
*****
Mendaratnya sekutu di Indonesia telah di setujui oleh pemerintah pusat. Wilayah Bandung utara disuruh untuk di kosongkan. Dan pemerintah Pusat juga telah menyetujui sekutu untuk membawa tawanan di daerah Bandung Selatan. Pemerintah kota Bandung tidak bisa berbuat apa-apa. Namun pejuang-pejuang yang berada di wilayah Bandung Selatan tidak mau mendengar perintah dari pusat karena kuatir dengan dibawanya tawanan perang, maka Belanda dengan leluasa akan bertindak semena-mena. Priatnya yang di tugaskan di Wilayah Bandung Selatan juga tidak bisa meredam kemarahan rakyat, hingga terjadilah pertempuran sengit. Para pejuang dapat di pukul mundur. Kekalahan ini menjadi bahan cemoohan oleh Kompi Hidayat yang di tugaskan di Bandung Utara karena di anggap tidak menggunakan strategi yang bagus. Terjadi sedikit ketegangan antara Kompi Priatna dan Kompi Hidayat.
Priatna menolak Kompi Hidayat untuk turut serta melakukan serangan dan ingin membuktikan pada Hidayat, namun Hidayat bersikeras karena meski ia tidak biasa berjuang secara fisik, namun ia juga mampu untuk berjuang dan tidak hanya bisa ngomong saja. Dalam pertempuran tersebut Hidayat tertembak. Ia di tolong Priatna untuk di bawa ke kamp PMI. Hidayat di rawat oleh Nani yang sesungguhnya ia cintai. Namun jiwa besar Hidayat, akhirnya ia menyuruh Nani untuk menemui Priatna dengan pakaian terbagusnya. Hidayat dengan berbesar hati menyuruh Nani untuk menemui Priatna yang ia cintai.
Akhirnya setelah menolong Hidayat, Nani buru-buru minta di antarkan ke wilayalah utara untuk mengambil baju yang di simppan di rumah ibunya. Sementara itu kekalahan yang kali ini di derita juga di sinyalir akibat adanya pengkhianat diantara para pejuang. Setelah ditangkap orang yang di curigai, komandannya menjamin bahwa bukan dialah orangnya. Ia mengaku malam sebelumnya ke wilayah perbatasan utara hanya untuk mengantar Nani. Maka tertuduh utama kini beralih ke Nani. Nani bersama Jarot salah seorang bawahan kompi Hidayat yang sedang menghampiri Priatna akhirnya di hadang dan dituduh menjadi pengkhianat. Setelah menganggap Nani adalah Pengkhianat, maka Priatna menembakkan pelurunya untuk ditujukan padanya. Namun sayang sekali peluru tidak mengenai Nani, tapi Jarot. Nani disuruh lari oleh Jarot. Akhirnya semua terkuak, kalau Nani bukanlah pengkhianat. Ia pergi ke wilayah utara malam-malam hanya ingin mengambil baju di rumah ibunya dengan tujuan untuk memakai baju bagus untuk menemui Priatna. Namun sayang sekali Jarot sudah tertembak dan Nani telah lari pergi. Priatna hanya membeku karena telah salah menerka.
Perlawanan para pejuang Bandung meresahkan Sekutu, sehingga sekutu memberi ultimatum pada para pejuang untuk mundur. Namun hal ini di jawab oleh para pejuang dengan membumihanguskan kota Bandung . Pembakaran di mana-mana. Termasuk rumah keluarga Nani ikut terbakar. Nani dan Ibunya tidak mau keluar dari rumah, Ia lebih memilih mati tertembak oleh musuh, namun meski awalnya menolak, Nani akhirnya mau menuruti untuk keluar dari rumah yang hampir roboh karena api setelah di bujuk oleh Jarot. Sementara itu Hidayat yang terkena luka tembak akhirnya meninggal.
Monday, June 9, 2008
Pasir Berbisik ; Whispering Sand
PASIR BERBISIK
Sutradara : Nan Achnas
Pemain : Christine Hakim, Dian Sastro Wardoyo, Slamet Raharjo
Pemain Pendukung : Dik Doank, Desi Fitri, Didi Petet
Film tahun 2001
Ini bertutur tentang film. Film yang sudah lama di produksi akan tetapi tidak basi untuk diangkat kembali. Hanya sekedar mengingatkan kalau dulu ada film yang bagus tanpa harus hingar binger pemain. Film Indonesia yang saat itu belum menemukan jatidirinya kembali setelah sekian lama mati suri. Melalui akting Christine Hakim yang sudah menjadi jaminan kalau aktingnya alami, memukau. Didampingi Dian Sastro yang berperan sebagai Daya, anak gadis semata wayang dari Berlian (Christin Hakim). Dian Sastro mampu mengimbangi akting Christine Hakim yang sudah malang melintang di jagat perfilman.
Sebenarnya asyik saja apabila kita mencermati dan memperhatikan film-film yang tahun pembuatannya sudah lama, ya setidaknya bernostalgia mengenai waktu-waktu yang lalu.
Kali ini masih bertutur tentang filmnya Christine Hakim seperti sebelumnya di Daun Diatas bantal. Selanjutnya akan di angkat pula dib log ini film-film Dian Sastro Wardoyo yang berhasil memerankan tokoh Daya di film ini.
Pasir Berbisik atau dikenal pula Whispering Sand pada festival-festival film luar negeri berkisah tentang kisah cinta multi dimensi antara seorang gadis desa yang sedang mencari jati diri dan ibunya yang selalu di hantui rasa ketakutan akan kehilangan anak gadisnya, sehingga sang ibu begitu protektif sekali terhadap anaknya.
Mengambil setting di tanah berpasir di suatu pinggiran pantai, perkampungan pesisir pantai yang sewaktu-waktu bila datangnya badai pasir maka kampungpun bisa hilang tertimbun pasir. Suasana yang sepi dan hening terus mewarnai sepanjang film ini. Keheningan karena suasana alamnya yang hening dan keheningan untuk mendukung film ini. Keheningan dimana kita akan terbawa oleh suasana alam yang sunyi dan senyap di tengah gurun. Ketakutan akan adanya pendatang atau karena adanya huru hara yang ditimbulkan karena adanya orang-orang yang ditangkapi dengan sebab yang tidak jelas. Pembakaran kampung yang meski adanya pembakaran akan tetapi tetap pada suasana yang sunyi dan mencekam.
Berlian adalah sosok ibu yang begitu cinta pada anaknya secara berlebihan akibat takut kehilangan. Karena Daya adalah anak satu-satunya sebagai harta yang paling berharga setelah Agus (Slamet Rahardjo) suaminya menghilang. Bertutur tentang suatu pertarungan sepi ditengah gurun yang di warnai bahasa kalbu suara alam di gurun yang mengelilingi mereka. Daya memimpikan ayahnya (Slamet Rahardjo) yang pergi tanpa pesan. Ia sering mendekatkan telinganya ke pasir seolah mendengarkan bahwa pasir itu membisikan sesuatu. Pasir pun berbisik………
Di gurun pasir yang hening diwarnai bahasa kalbu alam gurun yang mengelilingi kehidupan mereka, mereka hidup dalam sepi. Daya selalu memimpikan akan kehadiran ayahnya yang telah lama menghilang. Sampai pada suatu waktu Agus muncul tanpa di duga dalam keadaan nestapa. Berlian yang telah lama di tinggal pergi tidak bisa menerima begitu saja kehadiran Agus. Akan tetapi Agus berhasil memikat hati Daya dan pada akhirnya Berlianpun menerima kehadiran Agus.
Kisah ini tidak lama, karena selang beberapa saat, akibat ulahnya Agus terlilit hutang dengan lintah darat Suwito (Didi Petet). Bertahun-tahun lamanya akhirnya kegadisan Daya direnggut oleh Suwito sebagai imbalan karena Agus tidak mampu melunasi hutangnya. Gadis yang polos yang pada akhirnya sadar, akan tetapi Berlianpun tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah kisah tragis dari awal hancurnya impian Daya untuk selama-lamanya.
Keadaanpun hening…… hanya semilir angin dingin. Kita akan terbawa kesana seolah keheningan itu merasuki jiwa kita. Jiwa-jiwa kosong yang mampu menembus kisah dari suatu tempat entah dimana.
Dan pasir pun berbisik lirih……………………………
Thursday, June 5, 2008
FILM DAUN DIATAS BANTAL
Semakin semrawutnya kehidupan jaman sekarang mengingatkan pada film Daun Diatas Bantal garapan Sutradara Garin Nugroho. Film produksi 1996 ini dibintangi oleh Christine Hakim yang sukses memerankan tokoh Asih. Dengan setting Yogyakarta film ini menarik untuk di tonton dan dicermati.
Film ini berkisah tentang kerasnya kehidupan anak jalanan dan juga penggambaran secara visual tentang masyarakat sebenarnya. Kehidupan masyarakat kecil yang tinggal seadanya di perkampungan yang kumuh. Dengan dibintangi oleh 3 anak jalanan yang memang bukan aktor akan tetapi pelaku sesungguhnya anak jalanan itu sendiri menyebabkan dialog yang di tuturkan oleh ketiganya sangat alami dan memang itulah dialog-dialog yang umum di lakukan oleh anak jalanan. Ngeri memang memang membayangkan kehidupan mereka yang keras.
Adalah Asih (Christine Hakim) seorang penjual batik keliling yang menjual barang dagangannya dengan mengkreditkan lagi ke orang-orang sekitarnya. Cara menawarkannya pun sangat khas layaknya tukang kredit yang menawarkan ke mbok-mbok tua dan hubungannya dengan ketiga anak jalanan Heru (diperankan heru 15 tahun), Sugeng dan Kancil ditengah kehidupan jalanan yang pahit, lepas, indah dan juga brutal akan tetapi penuh dengan kerinduan cinta dibalik kehidupannya yang gelap. Hubungan ketiganya dengan Asih sangat dekat meski kerap beradu mulut. Asih meski hanya seorang penjual batik keliling akan tetapi agaknya kehidupan yang demikian dengan komplek yang kumuh menyebabkan kehidupan Asih tidak jauh dari wanita yang bisa dibayar.
Satu persatu anak-anak jalanan tersebut mati mengenaskan. Adalah kancil yang mati diatas Kereta api yang melewati terowongan ketika kereta berjalan dan ia sedang berdiri diatas kereta. Kematian Kancil menyebabkan Heru sangat kehilangan sehingga tangannya berlumuran darah. Melihat Heru terkena darah, Asih langsung menuduh heru kalo ia habis maling lagi. Ini tuduhan yang sudah menjadi kebiasaan asih. Matinya Kancil menyebabkan rasa kehilangan bagi anak sekolah yang sering di seberangkan oleh Kancil.
Menyusul kemudian Heru yang mati karena menjadi korban asuransi. Saat itu isu asuransi adalah sedang santer, dan anak jalanan banyak menjadi korban setelah diasuransikan lantas di bunuh. dan yang mengasuransikan akan mendapat keuntungan dari kematian tersebut. Modus yang sangat mengerikan.
Diakhir kisah adalah kematian anak jalanan yang tidak dimakamkan karena alasan tidak punya KTP dan sanak keluarga. Sehingga jasadnya dibiarkan sampai pada akhirnya TVRI menayangkan berita tersebut.
Film ini juga menampilkan akting Sarah Azhari yang memang dari dulu sudah seksi.
Sementara itu rumah tinggal Asih dan komunitasnya akhirnya ditutup dan diganti dengan bangunan baru. Ini sih kisah klasik, dimana-mana juga begitu. Siapa yang berkuasa dia yang menang.
Daun Diatas Bantal berhasil memperoleh Best Picture dan Best Actress Pada Asia Pasific Film Festival 1998. Uncertain Regard Festival Film Cannes 1998, Special Jury Price Tokyo International Film Festival.
Film ini dibintangi oleh :
Christine Hakim
Kancil
Sugeng
Heru
Sarah Azhari
Sutradara : Garin Nugroho