***
“Pur, apa kabar? Pagi itu aku menyapa Purnomo ponakan Gosus mantan pacarku.
“Woi baik, mana oleh-olehnya?”.
“heheh ada deh”…
Hari itu aku ketemu Purnomo, dan aku menanyakan kabar Gosus, sesungguhnya hati ini masih mengharapkan Gosus akan kembali padaku, setelah sekian lama rasa rindu ini aku pendam.
“Gosus kan dan kawin, udah punya anak 1” , demikian jawab Purnomo.
Bagai disambar petir, hati ini kaget sekali, meski aku harus menyembunyikan rasa kekagetanku pada pur. Kaget setengah mati, karena harapanku yang selama ini aku tunggu, telah pupus. Meski aku mengharapkan Gosus dengan sabar menunggu saatnya akan tiba. Akan tetapi yah, saat itu memang telah tiba, kabar itu telah datang dan dia telah memiliki keluarga. Hatiku tersadar karena selama ini aku hanya punya angan-angan kosong belaka. Kecewa sudah pasti iya, karena secara diam-diam aku masih menyimpan cintanya. Aku masih mengharapkan kembali padanya.
Sejak saat itulah harapanku padanya gugur. Dan aku bagai terbangun dari tidur, aku mulai hidup baru. Setelah kabar itu berlalu aku mulai berani kembali membuka hati pada orang lain. Dan terbukalah hati ini, hatiku diobral, cintaku di gadaikan. Aku mengenal Tasya, temen kerjaku freelance di sebuah Apotik dibilangan Jakarta Selatan, akhir kata aku nyambung pembicaraanku dan tanpa Ba bi bu jadilah aku pacaran dengannya. Sementara itu di tempat kerjaku aku juga mengenal Veni, yang pada akhirnya aku pacarin juga. Yang waktu itu aku kerja di dua tempat, dan aku punya dua pacar sekaligus, dengan waktu kencan aku atur sangat rapi.
Veni baik sekali bahkan aku sudah mengenal keluarganya di Bogor sana, dan beberapa kali main kesana sambutannya sangat hangat, sementara itu dengan Tasya akupun demikian. Apakah aku buaya dengan memacari 2 orang sekaligus? Enggak, aku bukanlah buaya, akan tetapi aku ingin membuktikan bahwa aku juga bisa berbuat demikian. Kuakui ini dampak dari kekecewaanku ditinggal kawin sama pacarku terdahulu. Tapi sepandai-pandainya menyimpan bangkai, suatu saat akan ketahuan juga, dan akhirnya Tasya dan Veni memutuskan tali cintanya padaku secara hampir bersamaan. Sakit hati? Enggak.. karena hatiku telah ditutup iblis, banyak wanita diluar sana yang mengagumiku (masak sih.. hehe) , begitu prinsipku.
Lepas dari Tasya dan Veni diriku jatuh di Sisca, perempuan chinese yang menganggapku juga chinese. Chinese? Masa sih. Dengan sisca kuakui hanya for fun, karena aku tau, dari segi keyakinan tidak mudah untuk menyatukan. Keyakinan yang berbeda. Sampai akhirnya tanpa kuketahui sisca menikah dengan fuli secara diam-diam. Sakit hati? Ya jelas itu perasaanku. Bahkan sumpah serapah dan sebagainya, walaupun pada akhirnya ia minta maaf. Akan tetapi hubunganku tidak berhenti sampai disini, aku harus bersandiwara dengan fuli suaminya. Aku harus berpura-pura telah menikah apabila di depan fuli. Meski ini suatu kesepakatan antara aku sama Sisca, akan tetapi hati ini tidak bisa dibohongi. Meski aku tetap menjalankan peranku sebagai aktor di depan fuli, aku akan berakting seolah –olah aku sudah punya anak.. Yah inilah cinta aku pikir. Aku harus rela berkorban.
Dengan caraku inilah, aku bisa tetap berhubungan baik dengan mereka, meski hati ini terasa berat. Akan tetapi lambat laun perasaanku pun hilang, dan aku telah melupakan semua yang telah terjadi antara aku dengannya.
***
Wah
ReplyDeletecoba de liat kalimat ini:
"Dan terbukalah hati ini, hatiku diobral, cintaku digadaikan."
Itu maksudnya sampeyan lagi Big Sale apa mo k Pegadaian seh? mbok ya bikin kalimat jangan ironi begitu, so complicated ngono mas.
Tapi first love kan jarene never die... bener ga ya....? :))
ما تم فعل امرء إلا ونقص