Hasil Drawing perempat final perebutan Thomas dan Uber Cup menguntungkan Indonesia terutama di bagian tim Thomas, karena dari hasil undian ulang tim Thomas Indonesia di prediksi akan lolos hingga ke final setelah calon lawan yang di hadapi adalah calon lawan yang relatif lebih ringan di banding tim Uber.
Di perempat final, Tim Thomas Indonesia akan kembali berhadapan dengan India yang pada babak penyisihan group di kalahkan Indonesia dengan 4-1. 1 adalah angka WO setelah Sony mundur ditengah permainan. Sementara itu jika lolos dari India, lawan Indonesia berikutnya adala pemenang antara Jepang vs Jerman. Menghadapi lawan di semifinal juga relatif mudah. Jalan mulus ke final bagi tim Thomas Indonesia akan semakin mudah. Kemungkinan di FInal Indonesia akan berhadapan dengan China. Menghadapi China jelas bukan lawan yang enteng, apalagi masih bertengger Lin Dan di tunggal pertama. Namun Indonesia tetap Optimis bisa membawa Piala Thomas kembali.
Menghadapi India, Indonesia harus tetap waspada, karena tunggal pertama India merupakan pemain Ulet yang bisa menjadi kuda hitam bagi Taufik Hidayat dan kawan-kawan.
Sementara Undian yang di peroleh bagi tim Uber Indonesia kurang menguntungkan, karena Indonesa berada satu pool dengan CHina. Di perempat final Indonesia akan berhadapan dengan tuan rumah Malaysia. Menghadapi malaysia tentu bukan perkara yang enteng, selain karena bertanding di kandang yang pasti akan mendapat dukungan penuh penonton, Malaysia juga memiliki ganda putri terbaik Wong Pei Tty/Eei Hui Chin. Jika lolos dari Malaysia, maka dapat di pastikan Indonesia akan berhadapan dengan CHina yang di perempat final akan menghadapi India.
Showing posts with label Piala Uber. Show all posts
Showing posts with label Piala Uber. Show all posts
Wednesday, May 12, 2010
Thursday, April 8, 2010
INDONESIA MEMILIH : ANTARA TAYANGAN BULUTANGKIS, IDOL & SINETRON
Bagi masyarakat Indonesia, Bulutangkis masih menjadi kebanggaan tersendiri, karena dari cabang olahraga inilah yang kerapkali menyumbangkan medali. Bahkan Tradisi Emas Olimpiade sejak pertama kali di raih Indonesia tahun 1992 di Barcelona melalui tunggal putri Susi Susanti dan tunggal putra Alan Budi Kusuma yang saat ini sudah menjadi suami istripun hingga Olimpiade terakhir 2008 di Beijing China masih menjadi satu-satunya cabang olahraga penyumbang Emas Olimpiade. Peraihan Emas dari 1992 di Barcelona di lanjutkan Emas Ompiade Atlanta tahun 1996 melalui ganda putra Ricky A Subagya/Rexy Mainaky. Kemudian tahun 2000 di Sidney pasangan ganda putra Chandra Wijaya/Tony Gunawan menyumbangkan emas untuk Indonesia. 4 Tahun kemudian, Taufik Hidayat menjadi satu-satunya pemegang Emas Olimpiade dari Indonesia di Athena melalui cabang bulutangkis. Dan terakhir kali, tradisi emas Olimpiade diraih pasangan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan di Beijing China.
Ini artinya Bulutangkis adalah satu-satunya cabang olahraga yang selalu menelurkan prestasi dunia, di kancah perhelatan akbar olahraga. Di pesta olahraga Asiapun seperti di Seagames maupun Asian games, Bulutangkis masih menjadi andalan untuk memperoleh prestasi.
Namun seiring berkembangnya waktu, Bulutangkis kini seolah sudah mulai di lupakan oleh Negara. Artinya dukungan penuh terhadap Olahraga bulutangkis saat ini masih sebatas pembiayaan saja tanpa publikasi yang memadai untuk mengenalkan bulutangkis ke pelosok Indonesia. Salah satu cara yang ampuh untuk lebih memperkenalkan Bulutangkis adalah dengan disiarkannya pertandingan bulutangkis di televisi kita, baik swasta maupun tv public semacam TVRI. Namun sayang sekali, masyarakat pecinta bulutangkis tanah air kini harus kehilangan separuh jiwanya ketika tayangan bulutangkis kini pun menghilang dari TV.
Tayangan bulutangkis hanya bisa disaksikan melalui TV berlangganan, itupun stasiun TV berlangganan tertentu. Sungguh ironis, disaat Bulutangkis masih menjadi kebanggaan masyarakat, namun untuk menyaksikan pahlawan-pahlawan bulutangkis tanah air ketika berjuang di arena pertandingan kini sudah menjadi harga yang sangat mahal. Karena hanya yang menggunakan tv berlanggananlah yang mampu menontonnya secara live. Sementara TV-tv swasta Indonesia nyaris tidak ada yang tertarik untuk menyiarkannya. Taruhlah pertandingan All England, maupun kelas super series apalagi yang sekelas Grand Prix, tidak ada satupun stasiun TV local Indonesia yang mau/tertarik untuk menayangkannya.
Bandingkan dengan pertandingan Sepak bola ataupun tayangan pencarian bakat nyanyi semacam Indonesian Idol misalnya. TV-TV swasta Indonesia lebih tertarik untuk menayangkan pertandingan sepak bola meski itu bukanlah permainan tim nasional, namun dengan rutin TV-TV swasta kita menayangkannya. Demikian juga dengan Sinetron Indonesia yang menempatkan posisi teratas untuk tayangan TV. Atau ajang pencarian Bakat semacam Indonesian Idol, Mamamia dan lain-lain, dengan berbondong-bondong TV swasta berlomba-lomba untuk mendapatkan rating yang tinggi, tanpa mempedulikan tayangan Olahraga yang memadai.
Jika kita menelaah lebih jauh, tayangan TV seperti Indonesian Idol yang ditayangkan hamper 3 jam dari jam 9 malam hingga 12 malam, penonton Indonesia di buai oleh tayangan Indah yang dikemas cukup menarik. Bahkan dengan spot iklan yang banyak, penonton Indonesia seolah di hipnotis untuk terus menonton hingga akhir tayangan. Sementara itu iklan untuk ajang pencarian bakat juga di buat besar-besaran. Hingga mau tidak mau masyarakat semakin teracuni untuk tetap berada di depan stasiun layar kaca.
Sementara itu untuk tayangan bulutangkis sendiri, saat ini TV-TV swasta hampir di pastikan sudah tidak ada yang tertarik lagi. Ajang perhelatan akbar semacam Piala Thomas/Uber Cup pun untuk tahun 2010 terancam tidak ditayangkan di stasiun TV Indonesia, karena perhelatan akbar tersebut berada di luar negeri bukan di Indonesia, sehingga kemungkinan besar pecinta bulutangkis akan kembali gigit jari dan tidak bias menonton secara gratis .
Kurangnya perhatian TV-TV swasta untuk menanyangkan pertandingan bulutangkis sungguh sangat ironis karena kalau mereka menayangkan sinetron striping maupun ajang pencarian bakat yang dianggap lebih menguntungkan mereka dengan berlomba-lomba akan menarik penonton, sementara untuk membeli hak siar pertandingan bulutangkis harus berpikir dua kali.
Idol is idol, banyak penonton dan ratingnya tinggi, sinetron prime time juga merupakan wahana stasiun TV untuk meraup untung melalui perolehan iklan dengan penonton yang membludak, lantas bulutangkis mau di kemanain?
Ada apa sebenarnya? Dimana peranan menteri Olahraga dalam hal ini untuk ikut memajukan bulutangkis melalui stasiun TV, atau ada lembaga independent yang mampu mengubah pemikiran televisi sehingga mau menayangkan lagi bulutangkis? Sungguh kami para pecinta bulutangkis tanah air sangat merindukan tayangan bulutangkis di televisi.
Ini artinya Bulutangkis adalah satu-satunya cabang olahraga yang selalu menelurkan prestasi dunia, di kancah perhelatan akbar olahraga. Di pesta olahraga Asiapun seperti di Seagames maupun Asian games, Bulutangkis masih menjadi andalan untuk memperoleh prestasi.
Namun seiring berkembangnya waktu, Bulutangkis kini seolah sudah mulai di lupakan oleh Negara. Artinya dukungan penuh terhadap Olahraga bulutangkis saat ini masih sebatas pembiayaan saja tanpa publikasi yang memadai untuk mengenalkan bulutangkis ke pelosok Indonesia. Salah satu cara yang ampuh untuk lebih memperkenalkan Bulutangkis adalah dengan disiarkannya pertandingan bulutangkis di televisi kita, baik swasta maupun tv public semacam TVRI. Namun sayang sekali, masyarakat pecinta bulutangkis tanah air kini harus kehilangan separuh jiwanya ketika tayangan bulutangkis kini pun menghilang dari TV.
Tayangan bulutangkis hanya bisa disaksikan melalui TV berlangganan, itupun stasiun TV berlangganan tertentu. Sungguh ironis, disaat Bulutangkis masih menjadi kebanggaan masyarakat, namun untuk menyaksikan pahlawan-pahlawan bulutangkis tanah air ketika berjuang di arena pertandingan kini sudah menjadi harga yang sangat mahal. Karena hanya yang menggunakan tv berlanggananlah yang mampu menontonnya secara live. Sementara TV-tv swasta Indonesia nyaris tidak ada yang tertarik untuk menyiarkannya. Taruhlah pertandingan All England, maupun kelas super series apalagi yang sekelas Grand Prix, tidak ada satupun stasiun TV local Indonesia yang mau/tertarik untuk menayangkannya.
Bandingkan dengan pertandingan Sepak bola ataupun tayangan pencarian bakat nyanyi semacam Indonesian Idol misalnya. TV-TV swasta Indonesia lebih tertarik untuk menayangkan pertandingan sepak bola meski itu bukanlah permainan tim nasional, namun dengan rutin TV-TV swasta kita menayangkannya. Demikian juga dengan Sinetron Indonesia yang menempatkan posisi teratas untuk tayangan TV. Atau ajang pencarian Bakat semacam Indonesian Idol, Mamamia dan lain-lain, dengan berbondong-bondong TV swasta berlomba-lomba untuk mendapatkan rating yang tinggi, tanpa mempedulikan tayangan Olahraga yang memadai.
Jika kita menelaah lebih jauh, tayangan TV seperti Indonesian Idol yang ditayangkan hamper 3 jam dari jam 9 malam hingga 12 malam, penonton Indonesia di buai oleh tayangan Indah yang dikemas cukup menarik. Bahkan dengan spot iklan yang banyak, penonton Indonesia seolah di hipnotis untuk terus menonton hingga akhir tayangan. Sementara itu iklan untuk ajang pencarian bakat juga di buat besar-besaran. Hingga mau tidak mau masyarakat semakin teracuni untuk tetap berada di depan stasiun layar kaca.
Sementara itu untuk tayangan bulutangkis sendiri, saat ini TV-TV swasta hampir di pastikan sudah tidak ada yang tertarik lagi. Ajang perhelatan akbar semacam Piala Thomas/Uber Cup pun untuk tahun 2010 terancam tidak ditayangkan di stasiun TV Indonesia, karena perhelatan akbar tersebut berada di luar negeri bukan di Indonesia, sehingga kemungkinan besar pecinta bulutangkis akan kembali gigit jari dan tidak bias menonton secara gratis .
Kurangnya perhatian TV-TV swasta untuk menanyangkan pertandingan bulutangkis sungguh sangat ironis karena kalau mereka menayangkan sinetron striping maupun ajang pencarian bakat yang dianggap lebih menguntungkan mereka dengan berlomba-lomba akan menarik penonton, sementara untuk membeli hak siar pertandingan bulutangkis harus berpikir dua kali.
Idol is idol, banyak penonton dan ratingnya tinggi, sinetron prime time juga merupakan wahana stasiun TV untuk meraup untung melalui perolehan iklan dengan penonton yang membludak, lantas bulutangkis mau di kemanain?
Ada apa sebenarnya? Dimana peranan menteri Olahraga dalam hal ini untuk ikut memajukan bulutangkis melalui stasiun TV, atau ada lembaga independent yang mampu mengubah pemikiran televisi sehingga mau menayangkan lagi bulutangkis? Sungguh kami para pecinta bulutangkis tanah air sangat merindukan tayangan bulutangkis di televisi.
Monday, March 1, 2010
KUALIFIKASI UBER CUP 2010; TIM UBER INDONESIA TAKLUK 2-3 DARI KOREA
Tim Uber Indonesia akhirnya gagal menjadi juara kualifikasi setelah di final kualifikasi Uber Cup melawan Korea Selatan kalah dengan 2-3. Bertanding dalam 5 partai, Indonesia akhirnya harus mengakui keunggulan Korea. Korea adalah merupakan lawan Indonesia ketika masih berada dalam satu group, dimana kala itu Indonesia unggul dengan 4-1 atas tim Uber Korea Selatan. Namun kali ini tim Korea mampu membalaskan dendam dan berbalik unggul menjadi 3-2 atas Indonesia.
Angka pertama Indonesia di peroleh dari tunggal pertama Indonesia Adriyanti Firdasari yang berhasil menumbangkan tunggal putri Korea melalui permainan straightset. Berbeda dengan ketika di babak penyisihan group, kali ini Firda bermain cukup baik dan selalu mendominasi perolehan angka dari tangan Bae Seung Hee. Akhirnya dengan kemenangan mudah 21-10 dan 21-13 Firda menyumbangkan angka pertama bagi Indonesia.
Selanjutnya, di partai kedua, Indonesia kembali menurunkan ganda putri pertamanya melalui Greysa Polii/Meiliana Jauhari. Lawan Greys/Meiliana adalah Lee Kyung Won/Ha Jung Eun. Greys/Meiliana dengan mudah mematahkan permainan Lee Kyung Won/Ha Jung Eun dengan 21-14 dan 21-12. Kemenangan Greys/Meiliana menyebabkan Indonesia unggul 2-0 atas Korea Selatan.
Namun sayang sekali keberhasilan dua nomor tersebut tidak di ikuti oleh tunggal kedua Indonesia Maria Kristin Yulianti. Maria Kristin Yulianti harus menyerah dari Bae Youn Joo melalui pertandingan 3 set. Maria harus mengakui keunggulan Bae Youn Joo dengan 21-17, 14-21 dan 7-21. Korea berhasil memperkecil kekalahan dengan 1-2. Partai ke empat adalah ulangan dari partai di babak penyisihan dimana Indonesia menurunkan Lilyana Natsir/Shendy Puspa Irawati yang berhadapan dengan Lee Hyo Jung/Jung Kyung Eun. Namun sayang sekali kali ini Lilyana/Shendy harus takluk dari pasangan Korea tersebut dengan 21-13, 12-21 dan 13-21. Korea berhasil menyamakan kedudukan dengan 2-2.
Partai terakhir yang menurunkan tunggal ketiga Aprilia Yuswandari pun akhirnya harus kandas dari Sung Ji Hyun dengan dua set langsung. Aprilia sang penentu kemenangan, jika saja menang, akhirnya harus kalah dengan 12-21 dan 14-21. Namun demikian, kekalahan tim Uber Indonesia di final tidak mempengaruhi hasil untuk berangkat ke putaran final Piala Uber di Malaysia.
Angka pertama Indonesia di peroleh dari tunggal pertama Indonesia Adriyanti Firdasari yang berhasil menumbangkan tunggal putri Korea melalui permainan straightset. Berbeda dengan ketika di babak penyisihan group, kali ini Firda bermain cukup baik dan selalu mendominasi perolehan angka dari tangan Bae Seung Hee. Akhirnya dengan kemenangan mudah 21-10 dan 21-13 Firda menyumbangkan angka pertama bagi Indonesia.
Selanjutnya, di partai kedua, Indonesia kembali menurunkan ganda putri pertamanya melalui Greysa Polii/Meiliana Jauhari. Lawan Greys/Meiliana adalah Lee Kyung Won/Ha Jung Eun. Greys/Meiliana dengan mudah mematahkan permainan Lee Kyung Won/Ha Jung Eun dengan 21-14 dan 21-12. Kemenangan Greys/Meiliana menyebabkan Indonesia unggul 2-0 atas Korea Selatan.
Namun sayang sekali keberhasilan dua nomor tersebut tidak di ikuti oleh tunggal kedua Indonesia Maria Kristin Yulianti. Maria Kristin Yulianti harus menyerah dari Bae Youn Joo melalui pertandingan 3 set. Maria harus mengakui keunggulan Bae Youn Joo dengan 21-17, 14-21 dan 7-21. Korea berhasil memperkecil kekalahan dengan 1-2. Partai ke empat adalah ulangan dari partai di babak penyisihan dimana Indonesia menurunkan Lilyana Natsir/Shendy Puspa Irawati yang berhadapan dengan Lee Hyo Jung/Jung Kyung Eun. Namun sayang sekali kali ini Lilyana/Shendy harus takluk dari pasangan Korea tersebut dengan 21-13, 12-21 dan 13-21. Korea berhasil menyamakan kedudukan dengan 2-2.
Partai terakhir yang menurunkan tunggal ketiga Aprilia Yuswandari pun akhirnya harus kandas dari Sung Ji Hyun dengan dua set langsung. Aprilia sang penentu kemenangan, jika saja menang, akhirnya harus kalah dengan 12-21 dan 14-21. Namun demikian, kekalahan tim Uber Indonesia di final tidak mempengaruhi hasil untuk berangkat ke putaran final Piala Uber di Malaysia.
Subscribe to:
Posts (Atom)