Showing posts with label Zainuddin MZ. Show all posts
Showing posts with label Zainuddin MZ. Show all posts

Thursday, May 8, 2025

KH ZAINUDDIN MZ MASUK NOMINASI UNGGULAN FFI 1992, NADA DAN DAKWAH YANG PERTAMA DAN YANG TERAKHIR

 


"Masak Kiyai dapat Piala Citra...!"begitulah celetuk Zaky, anak bungsu KH Zainuddin MZ saat menyaksikan tayangan TVRI yang mengumumkan unggulan FFI 1992. Sementara Kiyai sendiri sedang berada di luar rumah.

Memang masuknya KH Zainuddin MZ dan rekannya se "gang" Rhoma Irama sebagai unggulan masing-masing untuk Pemeran Pembantu Pria dan Pemeran utama Pria menimbulkan banyak ocehan. Ada yang menganggap juri becanda, ada pula yang menuduh juri dengam dengan komite seleksi, pasalnya film Nada dan Dakwah adalah film yang di katrol. 

"Putusan itu benar...! kata Mamang alias Chairul Umam, Sutradara Film Nada dan Dakwah. Ketika di tanya, bukankah Ustadz di film itu hanya memainkan dirinya."Nah itu... sangat sulit memainkan peranan dirinya sendiri. Itulah aktingnya dan Ustadz sangat baik muncul sebagai KH Zainuddin MZ sendiri, jawab Umam. 

Pukul duabelas tengah malam Ustadz Zainuddin baru kembali. Langsung kerabat yang sedang ngobrol mengulurkan tangan memberi ucapan selamat. "Ada apa ini..? tanya ustadz. "Antum masuk unggulan untuk mendapatkan Citra"...

"Ah, bisa aja..!" jawab singkat kemudian seperti biasa Ustadz diam saja. Kami pun tidak memancing obrolan ke arah itu. sebab biasanya ustadz bila tidak berkenan di hatinya, diam saja. 

Berperan sebagai KH Zainuddin MZ dalam film Nada dan Dakwah bersama Rhoma Irama merupakan satu sejarah hidup tersendiri, panjang dan memerlukan pemikiran matang. Sebab,, sebagaian besar umat lewat berbagai organisasi Islam menyampaikan ketidak setujuannya Ustadz main film. 

Nyaris, ustadz mengundurkan diri dari film tersebut, namun dengan ketetapan hati bahwa film itu di jadikannya media dakwah, dengan bertawakal , dengan meminta pendapat para orang tua sampai Jawa Timur, Ustadz baru berani melangkah, diambil gambarnya. Untuk hal ini Chairul Umamlah yang banyak tahu di samping Rhoma Irama. 

"Ya, ini prinsip saya, film ini adalah yang pertama dan terakhir" Akhirnya ustadz berkomentar juga memecahkan keheningan malam. 

"Saya adalah milik umat, saya mencintai umat, kendati media dakwah itu luas termasuk film, tapi kalau itu masih ada yang menganggap tidak tepat atau kurang pada tempatnya, dari pada menimbulkan pertanyaan dan masalah lebih baik tidak saya lakukan," kata Ustadz pada satu kesempatan.

Sebuah film ditayangkan di bioskop ada semacam syarat yagn bisa di sebut komitmen. "Mari kita tonton dulu film ini sebelum beredar, jadi apabila ada kejanggalan atau ada yang tidak sesuai atau ada yang merusak citra Ustadz, maka film ini lebih baik tidak diedarkan..!

Maka di malam idul fitri film itu ditayangkan di hadapan keluarga besar Yayasan Hira untuk dinilai. Ada WS Rendra, Setiawan Djody, Rhoma dan banyak kiyai lainnya menonton di rumah Ustadz Zainuddin. Setelah selesai.. lega. Semua teman-teman menyatakan film ini disilahkan di edarkan, karena porsi permainan ustadz memang punya misi dakwah.  

Setelah sukses ustadz main film, banyak tawaran datang untuk ikut membintangi sinetron. Namun Ustadz Zainuddin tetap pada putusannya kalau itu bentuknya cerita baik layar lebar atau gelas kaca, maka dia akan menolak. Cukuplah Nada dan Dakwah ini. 

Sebelumnya juga ada tawaran sinetron yang berjudul "Fitnah" tapi dengan sangat menyesal ustadz tak dapat menerimanya, terlebih ditayangkan secara bersambung. Tapi berdakwah di gelas kaca ataupun film, bila itu benar-benar hanya ceramah mungkin bagi Zainuddin dapat memakluminya. 

Sementara itu, ketika film Nada dan Dakwah masuk film pilihan, Rhoma Irama agak sungkan, terlebih setelah mendengar film ini di katrol. "Saya sudah sangat prihatin melihat nasib perfilman kita, nasibnya sangat menyedihkan, jadi kita mau berbuat apa lagi?" katanya. Begitu pula saat film ini akan di kampanyekan, berkebetulan dia akan berangkat ke Jepang untuk suatu keperluan. "Ya, silahkan saja film saya ini di kampanyekan tapi mohon maaf saya tidak bisa hadir karena tidak berada di Jakarta, " Jawabnya. 

Dan ketika namanya masuk nominasi dalam deretan unggulan pemain utama pria, Rhoma Irama sahabat kental KH Zainuddin MZ sangat tidak menyangka, "Saya gembira bahkan kaget, ternyata film-film semacam itu sudah mulai dilirik", katanya singkat. 

Penghargaan FFI 1992 dilaksanakan di Sasono Langen Budoyo pada 28 November 1992, saat penghargaan berlangsung Ustadz Zainuddin MZ sedang 'piket' berdakwah keliling.


Sumber MF 167/134 28 Nov-11 Desember 1992

Monday, February 8, 2010

RHOMA IRAMA DALAM FILM NADA DAN DAKWAH




JUDUL FILM        : NADA DAN DAKWAH

SUTRADARA       : CHAERUL UMAM

PRODUSER          : JIWAT

PRODUKSI           : PT. BOLA DUNIA FILM

TAHUN PROD    : 1991

JENIS                     : FILM MUSIKAL

PEMAIN               : RHOMA IRAMA, IDA IASHA, ZAINUDDIN MZ, WD MOCHTAR, DEDDY MIZWAR, WAN ABUD,

SINOPSIS :

Kisah berawal dari kemelut yang melanda desa Pandan Wangi yang bergejolak akibat pembelian tanah yang dilakukan oleh seorang bos Pak Bustomi(WD Mochtar) dengan dalih untuk di bangun pabrik tapioca yang tenaganya akan mengambil dari warga sekitar. Juga maraknya minuman keras bagi kalangan muda dan judi di sekitar Pandan Wangi turut menambah gejolak bagi masyarakat sekitar.  Mereka diiming-imingi akan dibangun sebuah pabrik dan juga tempat hiburan untuk kalangan muda, hingga akhirnya banyak pemuda yang menjual sertifikat tanahnya pada broker tanah Pak Abu (Wan Abud) atas suruhan Mursali. Banyak tanah penduduk yang dijual kepada mereka hanya demi uang sesaat , bahkan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Yang lebih parah lagi adalah tanah wakaf yang turut diperjual belikan.

Hal ini menimbulkan reaksi bagi ulama setempat termasuk ust. Zainuddin (Zainudin Mz) dan juga Ust. Murod (Deddy Mizwar) dari Pandan Wangi. Mereka berusaha menyadarkan warga melalui media dakwah melalui tabligh akbar dengan penceramahnya Ust. Zainuddin. Namun kedatangan Ust. Zainuddin tidak disukai oleh anak buah Bustomi karena kata-kata ust. Zainuddin dianggap menghasut warga.

Di lain sisi Rhoma (Rhoma Irama) yang juga bersahabat dengan Ust. Zainuddin adalah teman dari Latifah (Ida Iasha) putri tunggal dari Bustomi. Mereka bersahabat dan sempat dipertemukan dengan ayah Latifah untuk menjembatani jual beli tanah dengan penduduk Pandan Wangi. Namun Rhoma mencium hal yang tidak beres, sehingga Rhoma berusaha menyadarkan dan memberitahu pada ayah Latifah tentang jual beli tanah tersebut. Sementara itu Latifah yang merupakan anak tunggal, justru mengambil jalan yang bertentangan dengan sikap ayahnya. Jika ayahnya ingin agar penduduk Pandan Wangi menjual tanahnya padanya, maka Latifah justru melakukan penelitian dengan penduduk sekitar dan menghimbau pada mereka untuk tidak menjual tanahnya. Hal ini tentu berseberangan dengan keinginan ayahnya.

****

Latifah dan teman-teman mahasiswinya datang ke Pandan Wangi untuk memberikan pengarahan dan pelatihan pertanian bagi warga. Apalagi warga juga mulai resah karena isu penggusuran tanah warga yang akan digunakan untuk jalan tol, padahal tujuan sebenarnya adalah untuk pembuatan pabrik. Setelah di beri pengarahan, warga akhirnya mulai sadar dan mulai timbul penyesalan karena mereka sudah terlanjur menyerahkan sertifikat tanahnya pada Pak Abu. Warga kuatir dengan keselamatan sertifikat tanahnya. Akhirnya terjadilah pertemuan antara warga dengan Pak Abu yang difasilitasi oleh Ust. Murad. Warga marah, karena setelah diketahui Abu berbohong karena baru diketahui kalau tanah yang di jual bukan untuk jalan tol tapi untuk membangun pabrik. Akhirnya warga menuntut sertifikatnya untuk dikembalikan. Hal ini diketahui oleh Pak Bustomi. Akhirnya bersama Mursali, Bustomi datang ke desa Pandan Wangi untuk melakukan pertemuan dengan warga.  Akhirnya belang Abu pun semakin terbuka karena harga tanah yang seharusnya dikeluarkan oleh Bustomi adalah Rp. 17.500 permeter namun sampai di warga hanya Rp.5.000.

Akhirnya Bustomi mengambil alih haknya dan menawarkan langsung pada warga untuk mengambil uangnya langsung padanya. Namun Warga yang sudah sadar pun menolak permintaan Bustomi tersebut. Keadaan pun bergolak. Saat itulah datang Ust. Zainuddin yang memberikan pencerahan. Akhirnya Bustomi pun sadar dan bersedia mengembalikan sertifikat warga kembali. Bustomi juga mulai menjalankan solat dan membaca kitab Suci Al Qur’an ketika sering sering mendengar ceramah dari Zainuddin baik melalui TV maupun radio. Bustomi merasa di khianati oleh anak buahnya  termasuk pemotongan uang bagi warga. Akhirnya Marsuli dan Abu pun di pecat oleh Bustomi. Pemecatan Marsuli dan Abu berdampak pada anak buahnya di lapangan yang mulai tidak di suplai biaya hiburan. Akhirnya mereka pun marah dan menyusun rencana untuk menghancurkan warga.

Sementara itu di rumah warga, seorang warga di bunuh anaknya sendiri Jaja karena rebutan surat tanah yang akan di gadaikan agar ia bisa hidup enak.  Akhirnya polisi pun menginterogasi saksi, dan mereka menuduhkan kalau kejadian tersebut terjadi setelah Jaja mengikuti pengajian yang diadakan oleh anak-anak kota yang di ketuai Latifah.  Sementara itu Latifah dan Rhoma berusaha mencari keberadaan Jaja untuk mencari titik persoalan lebih jelas. Rhoma dan Latifah berhasil menemukan Jaja  di markas Mursali. Terjadilah baku hantam, dengan sigap Latifah menelpon Polda Metro Jaya dan berhasil menangkap Jaja dan kawan-kawannya.

****

Film-film Rhoma Irama tetap menarik untuk di tonton meski film-filmnya bergenre dangdut, namun film-film yang lebih mirip film India mungkin ya, sudah jarang di produksi lagi.