Showing posts with label Widyawati. Show all posts
Showing posts with label Widyawati. Show all posts

Sunday, October 1, 2023

SOPHAN SOPHIAAN DAN WIDYAWATI DALAM FILM "BUAH HATI MAMA"

 


JUDUL FILM        : BUAH HATI MAMA

SUTRADARA       : SOPHAN SOPHIAN

PRODUSER          : DEDDY ARMAND, JOHANNA SYARIEF

PRODUKSI           : PT. VISINDO INTI NUSANTARA FILM

PENULIS               : MAKMUR HENDRIK

TAHUN PROD    : 1980

JENIS                     : FILM KELUARGA

PEMAIN               : SOPHAN SOPHIAN, WIDYAWATI, PUPUT NOVEL, RYAN HIDAYAT,ADE IRAWAN, NYONYO SHABIER

 

SINOPSIS :

Film yang di produksi tahun 1980 ini di dasarkan pada sebuah cerpen karya Makmur Hendrik berjudul Jangan Menangis Mama pada sebuah majalah Femina tahun 1979.

Adegan pertama di buka dengan perkenalan keluarga Hendrik Maulana (Sophan Sophian) dan Nona (Widyawati) pada tetangga-tetangganya yang baru setelah mereka pulang dari Belanda. Hendrik adalah staf KBRI di Belanda. Sebelum pulang ke Indonesia ia menyempatkan diri untuk belajar penerbangan yang akhirnya menjadi pekerjaanya setelah pulang ke Indonesia. Dalam perkenalan terhadap tetangganya tersebut, Eka (Nyonyo Shabir) anak dari pasangan Hendrik dan Nona berbuat iseng dengan mengagetkan para tamu namun di maklumi saja.  Pasangan Hendrik dan Nona merasakan kalau harus bekerja keras dan juga bagi anak-anak menyesuaikan diri di lingkungannya. Hendrik memiliki tiga orang anak yaitu Indra (Ryan Hidayat) Eka (Nyonyo Shabir) dan Putri (Puput Novel). 

Di tengah kehangatan keluarganya, Eka merasa iri dengan Indra dan Putri karena serasa lebih di perhatikan oleh Ibu dan Ayahnya. Eka selalu menjadi kambing hitam oleh Ibunya.  Ia kerap kali kena marah, sementara perlakuan terhadap Putri dan Indra sangat berbeda. Ia kerap kali di manja dan di turuti permintaannya, sementara Eka selaku mengalah dan ujung-ujungnya menjadi kambing hitam. Indra mengeluhkan TV yang ada di rumah masih hitam putih, dan ia kerap kali menonton tivi berwarna ke tetangga. Eka yang lebih paham keadaan orang tuanya akhirnya memberitahu pada Indra untuk tidak meminta ganti TV, akhirnya keduanya pun bertengkar. Ayahnya marah dan mengancam akan mengurung Eka jika berantem lagi.  Namun akhirnya Hendrik berusaha membelikan TV berwarna walau dengan cara menjual piano yang sebenarnya merupakan hadiah perkawinan orang tuanya. Eka yang paling tidak setuju namun apa daya akhirnya piano dijual hanya untuk membeli TV berwarna demi Indra. 

Sebenarnya sikap Eka sangat baik dan selalu membela keluarganya, namun caranya selalu salah dengan berantem lagi dan berantem lagi. Hal ini  membuat ayah dan ibunya sering memarahinya. Eka merasa salah terus.

****

Suatu hari Eka meminta dibelikan skateboard pada Ibunya, namun permintaan Eka tidak dapat di kabulkan karena TV ang di belipun belum lunas. Akhirnya Eka membeli skateboard dari hasil celengannya. Namun sayang sekali skateboard tersebut patah oleh Indra. Keduanya pun akhirnya bertengkar, dan di lerai oleh Ibunya. Nona menampar Eka berkali-kali sebelum tahu duduk persoalannya, namun setelah tahu akhirnya Nona meminta maaf pada Eka.

Sementara itu Eka memiliki kenalan dengan seorang anak yatim piatu yang dapat menghidupi dirinya sendiri. Ia pun akhirnya berteman.

******

Eka dituduh menjatuhkan meja TV yang membuat nona marah besar dan memukul Eka dengan keras. Bahkan hingga Eka di kurung di kamar mandi. Namun akhirnya di ketahui kalau Indralah yang sebenarnya bersalah. Dalam tidur malamnya Eka mengigau. Dan pagi harinya Eka pun pamit pada ayah dan ibunya kalau ia akan pergi (berangkat sekolah). Namun itulah pamit terakhir Eka sebelum akhirnya Eka pergi sekolah dan tidak pulang kerumah lagi. Di rumah Nona menyesali dengan perbuatannya yang selalu naik darah dan marah-marah pada Eka. Namun Ini penyesalan yang telat, karena Eka telah pergi. Eka terlanjur kecewa dan merasa selalu di persalahkan.

Nona cemas karena Eka tidak pulang-pulang. Akhirnya ia menyusul suaminya di tempat kerja untuk mencari Eka. Namun Eka tidak di ketemukan juga.  Segala upaya di tempuh untuk mencari Eka termasuk ke lapor ke polisi dan media massa, namun belum membuahkan hasil.  Nona merasa terpukul dan paling merasa bersalah. Ia pun aktif untuk mencari berita di Koran-koran, hingga akhirnya di baca sebuah pengumuman mayat mengambang dengan cirri-ciri yang sama dengan Eka.  Nona berteriak histeris. Namun akhirnya setelah di lihat ternyata mayat tersebut bukanlah Eka. Untuk sementara Nona bisa bernafas lega karena masih ada harapan untuk mencari Eka kembali. Seringkali Nona memikirkan Eka secara berlebihan ketika terjadi hujan dan merasakan kalau Eka sedang kedinginan.

Hingga suatu hari Nona mendapati Putri sedang bermain harmonica yang setelah ditanya harmonica tersebut di kasih oleh Eka. Akhirnya Nona sadar, kalau Eka masih hidup dan berada di kota yang sama. Ia sadar Eka hidup untuk diri sendiri dan mengumpulkan uang se sen demi se sen dari berjualan es. Akhirnya Hendrik dan Nona bermaksud untuk menunggu Eka di rumah namun ditunggu-tunggu beberapa hari tidak juga datang. Hingga akhirnya muncullah teman Eka yang memanggil putri, dan di sangka Eka oleh Nona.

Setelah memberitahu dimana keberadaan Eka, akhirnya Nona dan Hendrik menuju tempat tinggal Eka yang sedang sakit yang akut. Akhirnya Eka sembuh dari masa kritisnya, dan keluarga ini bersatu kembali.

*****

Menyaksikan Buah Hati mama kita akan terbawa suasana baik karena ilustrasi musik yang cukup bagus maupun dari segi jalan ceritanya yang masih orisinil.

Sophan Sophian dan Widyawati tidak diragukan lagi aktingnya , dan ia mampu membuktikan di film ini keduanya bermain sanga bagus. Film ini juga tercatat sebagai nominasi pemeran wanita terbaik melalui Widyawati dan Tata Sinematografi terbaik melalui Ismaun pada FFI 1981.

Friday, May 27, 2011

Deddy Mizwar dan Widyawati dalam film BAYI TABUNG


JUDUL FILM                        : BAYI TABUNG

SUTRADARA                       : NURHADI IRAWAN

PRODUSER  PELAKSANA               : S WIDIRGA

CERITA                                  : NURHADI IRAWAN

SKENARIO                           : NURHADI IRAWAN

PRODUKSI                           :  PT. KANTA INDAH FILM

TAHUN PRODUKSI           : 1988

JENIS                                     : FILM DRAMA

PEMAIN                               : DEDDY MIZWAR, WIDYAWATI, AZIS SINGAH, ASSILA EMIR, FAUZIAH, SHEILA MADJID, IDRIS SARDI, ADE IRAWAN, ANTON INDRACAYA, DEDDY SUTOMO

SINOPSIS :

Pasangan Sukaryo (Deddy Mizwar) dan Jelina (Widyawati) sedang di landa persoalan pelik masalah keuangan. Anak satu-satunya, Tania terkena kanker darah yang membutuhkan biaya sangat besar. Sementara Sukaryo atau Karyo di bekukan dari pekerjaannya sebagai dosen karena membela mahasiswanya yang juga merupakan almamater Karyo dimana saat ini sedang mengajar. Sementara itu Jelina hanya bekerja disebuah biro perjalanan yang bergaji tidak seberapa. Sehingga untuk pengobatan Tania, terpaksa Jelena menggunakan berbagai cara untuk mencari tambahan keuangan, termasuk dengan melamar pekerjaan sampingan. Tidak hanya masalah Tania yang membuatnya makin susah, namun persoalan hutang piutangnya yang kalau tidak dilunasi maka rumahnya terancam disita.

Pada suatu hari, Jelena membaca iklan di Koran yang membutuhkan seorang wanita yang sehat. Maka demi pengobatan Tania, Jelena pun melamar pekerjaan tersebut dan langsung di panggil untuk di wawancara.  Pekerjaan yang di tawarkan adalah menyimpan sesuatu yang sangat berharga dengan kontrak USD 100.000 .Dalam proses wawancara, Jelena menjadi bertanya-tanya karena pertanyaannya yang misterius, namun Jelina lah orang yang di pilih. Jelena menjadi semakin bingung hingga akhirnya ia di pertemukan oleh orang yang akan menitipkan sesuatu . Orang tersebut adalah Datuk Kamaruzaman dan Datin Marina dari Malaysia.

Setelah melalui proses pertemuan, maka Datuk dan Datin pun akhirnya mengatakan maksudnya untuk menitipkan sesuatu, menitipkan embrio dari kedua pasangan tersebut melalui bayi tabung dengan kontrak USD 100.000. Datuk Kamaruzaman dan Datin Marina telah menikah selama 15 tahun namun belum dikaruniai anak. Untuk itulah, karena ia merasa kesepian, maka ia mencari orang yang akan dititipi embrio melalui Bayi Tabung, karena rahim Datin Marina tidak memungkinkan. Pergolakan batin pun terjadi. Jelina tidak bisa menerima untuk dititipi embrio di dalam kandungannya, meski tidak berzina, meski tidak harus melakukan hubungan seks. Jelina dalam kondisi tertekan, karena dari rumah sakit, Dokter (Deddy Sutomo) yang mendiagnosa Tania mengharuskan Tania untuk operasi cangkok sumsum tulang jika ingin sembuh. Dan itu harus segera di laksanakan, sementara itu desakan dari Datuk Kamaruzaman agar Jelina segera mengambil keputusan, Karena waktu mereka di Jakarta akan segera berakhir.

Dalam keadaan tertekan, Jelina ditelpon Karyo suaminya yang sedang menunggu Tania di rumah sakit, Jelina  mengabarkan kalau uangnya sudah ada, namun belum lagi Jelina menjelaskan tentang bayi tabung pada Karyo, di seberang telepon Karyo menyetujui saja tanpa mengklarifikasi kata-kata Jelina. Untuk itu, Jelina memohon pada suaminya untuk proses tersebut ia harus berangkat ke Singapura untuk dimasukkan embrio sebagai titipan dari Datuk Kamaruzaman dan istrinya. Karyo menyetujuinya.

Operasi Tania berhasil, ia sembuh dari kanker darah. Sepulang dari Singapura, Jelina terlihat sakit sehingga Karyo menelpon dokter untuk memeriksanya.  Bahkan sebelumnya Karyo memberitahukan pada Jelina kalau ia diterima kembali bekerja di fakultas setelah sempat dibekukan. Namun Kagetlah Karyo, karena ternyata Jelina hamil. Karyo kaget karena baru saja ia merencanakan namun sudah hamil. Akhirnya Karyo mengintrogasi Jelina. Jelina menjelaskan apa adanya, namun ia di persalahkan oleh Karyo, bahkan ia dituduh telah berzina. Karena persoalan tersebut yang tidak memiliki titik temu, akhirnya Karyo berniat menceraikan Jelina di pengadilan Agama. Namun oleh Hakim (Nazar Amir) keduanya di nasehati untuk tidak bercerai.

Lambat laun, Karyo mau menerima penjelasan Jelina, dan bahkan menyarankan Jelina untuk menjaga kandungannya meski hanya sementara.

Persoalan pun timbul setelah anak tersebut lahir.  Datuk dan istrinya langsung mengambil bayi tersebut. Sebagai seorang ibu yang telah melahirkannya, Jelina tidak terima dan menganggap kalau anak tersebut adalah anaknya. Akhirnya persoalanpun sampai ke persidangan. Masing-masing ngotot atas pendapatnya masing-masing.  Jelina merasa berhak untuk memiliki bayi tersebut, namun Datuk Kamaruzaman dan istrinya juga merasa berhak karena ia sudah membalyar uang sebagai kontrak dengan Jelina. Melalui pengacara masing-masing akhirnya Jelina tidak bisa berbuat apa-apa tentang anaknya. Akhirnya pengadilan memutuskan bahwa anak tersebut akan di pelihara oleh Negara.

Namun hati seorang ibu tidak mungkin di bohongi, Akhirnya Jelina merelakan anaknya untuk di serahkan pada bapak bilogisnya.

****
Bayi tabung merupakan film yang mengupas tentang sisi kehidupan dan sewa rahim yang merupakan kecanggihan teknologi, film ini sangat bagus di perankan oleh Widyawati.

Tuesday, February 22, 2011

SOPHAN SOPHIAN dan WIDYAWATI DALAM FILM SESAL

J

UDUL FILM        : SESAL

SUTRADARA       : SOPHAN SOPHIAN

PRODUSER          : JIMMY YONATHAN, ARIFIN JACOB, HENDRI WILLIAM

CERITA                  : SOPHAN SOPHIAN & ALEX SUPRAPTO YUDHO

PRODUKSI           : PT. GLOBAL SARANA MEDIA NUSANTARA PERMAI  FILM

TAHUN PROD    : 1994

JENIS                     : FILM DRAMA

PEMAIN               : SOPHAN SOPHIAN, WIDYAWATI,  RIMA MELATI, FRANS TUMBUAN, TEUKU RYAN, MARINA A HUSAIN, AMI PRIYONO, DEDDY MIZWAR, ROY B KARYADI

SINOPSIS :

Muthia (Widyawati) seorang konsul yang bekerja pada kedutaan Indonesia di Jerman, adalah seorang PNS Departemen Luar Negeri yang di tugaskan di Jerman.  Kesibukannya yang luar biasa tidak melupakan akan tugas sebagai seorang istri. Muthia istri dari Affan (Sophan Sophian) seorang penulis yang selalu sibuk dengan pikiran pribadinya tanpa mau mengerti dan peduli perasaan Muthia sebagai istri. Namun Muthia selalu mengalah menghadapinya sejak pertama menikah. Affan selalu ingin di mengerti tanpa mau mengerti terhadap istrinya. Pada usia pernihakahan yang ke 22 Muthia telah di karuniai dua orang anak,  Ganang (Teuku Ryan) dan Gadis (Marina A Husain). Muthia mengidap kanker yang terus menggerogotinya, namun selalu tegar menghadapinya.

Sementara itu Affan selalu marah-marah dan sikapnya yang emosi selalu membuat Muthia sedih. Sebagai seorang penulis, Affan selalu mencari ilham untuk menulis dengan berbagai cara. Kadang-kadang dalam membuat tulisan, apa yang ada di kamar kerjanya termasuk buku-buku di buat berantakan oleh Affan. Hingga suatu ketika Muthia membereskan buku-buku yang berserakan dilantai ketika Affan sedang menulis. Namun sayang, bukannya terima kasih yang diterima oleh Muthia namun malah kemarahan yang besar dari Affan. Muthia dianggap tidak bisa mengerti dirinya walau usia pernikahannya sudah menginjak usia yang ke 22 tahun. Hal ini membuatnya sedih. Melihat Ayah dan Ibunya bertengkar, Gadis memilih untuk pergi menenangkan diri, sementara Ganang lebih memilih untuk menguatkan hati Ibunya.

Sejak kecil Ganang dan Gadis sudah terbiasa akan pemandangan dari kedua orangtuanya yang selalu marah.

Meski sudah di peringatkan oleh Pak Dubes (Ami Priyono) untuk beristirahat atas saran Dokter  yang menangani Muthia, namun, Muthia selalu mengerjakan tugas-tugasnya termasuk menghadiri kongres KTT yang ditugaskan oleh menteri urusan peranan wanita.

****

Hari demi hari, kanker yang di idap oleh Muthia semakin meluas, namun perhatian dari Affan begitu kurang, ia sibuk dengan tulis menulisnya. Ujung-ujungnya ketika tulisan Affan akan di publish di sebuah penerbit di Jakarta atas usaha Muthia, Affan justru tersinggung. Ia marah pada Muthia karena dianggap turut campur. Muthia pun hanya bisa bersedih. Sementara itu, sikap Affan belum juga berubah walau penyakit Muthia makin meluas. Bahkan payudaranya pun diangkat karena penyakitnya, Muthia memiliki jiwa yang tegar berkat anak-anaknya, Ganang dan Gadis juga tugas-tugas diplomatic yang diembannya.

*****

Menjadi seorang suami yang istrinya bekerja sebagai diplomat tidak membuat Affan bangga, namun sebaliknya ia merasa makin rendah diri,sehingga bawaannya marah-marah terus. Akibat ketersinggungannya pun akhirnya Affan pulang ke Jakarta tanpa memberitahu istrinya. Dalam kondisi sakit, Muthia pergi mengunjungi rekannya, Frans Tumbuan dan istrinya Rima Melati di Rotterdam. Ia menceritakan penyakitnya pada Rima. Rima yang pernah merasakan hal yang sama, sembuh dari Kanker akhirnya berbagi pengalaman kalau ia bisa kuat karena dorongan dari seluruh keluarga. Sementara Frans yang merasa bertanggungjawab akan nasib Muthia, akhirnya menelpon ke Jakarta untuk mencari keberadaan Affan untuk menyusul istrinya yang sedang berada di Rotterdam tempatnya.

Akhirnya berkat Frans, Affan mau pulang kembali menyusul istrinya yang berada di Rotterdam. Meski sikapnya belum berubah sepenuhnya yang egois, namun akhirnya Affan mau mengubah sikapnya lebih manis terhadap istrinya. Diakhir Kisah, akhirnya Muthia meninggal ketika sedang dirawat di rumah sakit, sementara Affan hanya menyesali diri, penyesalan yang sudah terlambat, karena kini ia hanya bisa mengenang kebaikan Istrinya ketika ia telah tiada.

****

Film sesal, merupakan film yang di sutradarai oleh Sophan Sophian. Film ini di ilhami oleh tulisan karya Ramadhan KH, sebuah tulisan dengan judul yagn sama yang  dimuat di Majalah Matra.