Isu Kenaikan harga BBM yang kian marak beberapa hari ini mempengaruhi kehidupan ekonomi pada umumnya. Masyarakat kecil kian panik dan terbayang sudah kesulitan-kesulitan yang akan menjangkaunya kedepan. Hidup ini sudah sulit dan akan di buat semakin sulit. Dampak kenaikan BBM lebih besar pengaruhnya ke rakyat miskin, rakyat kecil yang notabene sebagai pembayar pajak. Pembayar pendapatan Negara.
Demo-demo yang menolak kenaikan BBM alias bahan bakar minyak terjadi dimana-mana baik terpusat di Jakarta maupun di daerah-daerah. Akan tetapi agaknya pemerintah akan tetap menaikan harga BBM dengan berbagai dalih, beratnya APBN dan sebagainya. Dan pemerintahpun memberikan kompensasi dengan BLT alias bantuan langsung tunai bagi masyarakat miskin. Selesai? Tidak…….. justru akan menimbulkan masalah baru. Belum lagi jika BLT tidak sampai ke tangan yang berhak dengan utuh karena di potong ini dan itu. Terus apa iya BLT itu bisa menutup kehidupan rakyat miskin?
Kenaikan BBM akan berimplikasi langsung terhadap kenaikan harga-harga kebutuhan pokok termasuk pula kenaikan ongkos angkutan. Ini sudah menjadi hukum ekonomi.
Jika BBM jadi dinaikan, tentu ongkos angkutan menjadi mahal, biaya angkut bagi barang-barang kebutuhan sehari-hari akan menjadi mahal, dan otomatis BOP bagi barang yang di produksi naik, dan menjadikan harga pokok penjualan juga naik. Nah siapa yang rugi? Rakyat miskin lagi yang menderita…
Belum lagi ongkos angkot yang naik, apa kita meski jalan kaki? Duh kok semakin kasihan sih rakyat kita.
Kenaikan harga BBM adalah opsi terakhir yang akan dipakai pemerintah mengingat semakin tingginya harga minyak dunia. Memang ini opsi terakhir, akan tetapi tidak adakah opsi yang lain. Anggaran APBN memang telah disahkan, akan tetapi justru subsidi BBM ini yang sangat penting karena bersentuhan langsung dengan rakyat banyak. Bersentuhan langsung dengan sendi-sendi kehidupan ekonomi. Pangkaslah anggaran yang lain. Misalkan dengan memangkas anggaran bagi proyek-proyek pengadaan yang tidak perlu.
Well.!! Jika kenaikan BBM adalah opsi yang diambil, kita harus melihat bahwa rakyat semakin menderita, sementara yang kaya akan semakin kaya. Contoh saja, jika BBM naik, otomatis para anggota dewan di sana pasti minta kenaikan gaji dengan alas an untuk lebih memperlancar tugas dan sebagainya. Apa tidak ada opsi lain saja untuk mensubsidi harga BBM? Apa enggak memangkas biaya perjalanan dewan saja? Atau juga memangkas proyek-proyek pemerintah yang konon anggota dewan juga ikut menikmati dari fee-fee proyek. Mereka menggolkan proyek-proyek tertentu hanya untuk sekedar memberi setoran ke partainya.
Disinilah sekarang hati nurani para wakil rakyat seharusnya bicara. Memang penolakan itu sudah ada dari Fraksi PKS dan PKB. Tapi akankah berhasil? Jangan sampai kenaikan BBM menjadikan harga melambung tinggi dan justru ini dinikmati oleh segelintir elit-elit diatas yang dengan mudahnya meminta kenaikan gaji dan tunjangan. Mereka kan sudah enak, toh kerjaan mereka juga ringan kok tidak seberat rakyat kecil yang harus berjibaku dengan peluh untuk kemudian membayar pajak secara nyata.
Justru kenaikan harga minyak dunia seharusnya disukuri. Karena apa? Karena seharusnya kenaikan harga minyak dunia membawa dampak positif bagi Indonesia. Indonesia kan kaya minyak tuh… nah pada kemana minyak-minyak itu?
Bukan malah menaikan harga BBM yang memang berakibat sangat besar bagi kehidupan ekonomi. Kenaikan BBM bukanlah solusi terbaik untuk saat ini.
No comments:
Post a Comment